Saat saya membuat postingan ini, jujur saya
akui bahwa saya sedang syok. Bukan, bukan syok hipovolemik, hemoragik, sepsis,
ataupun berbagai jenis syok lainnya yang dipelajari oleh mahasiswa FK. Bukan.
Bukan itu.
Ini jenis syok yang berbeda.
Syok.
Jadi, ceritanya, seperti biasa, saya sedang
buka facebook untuk stalking profil calon imam masa depan download
materi kuliah dan pertanyaan diskusi kelompok. Nah, tanpa sengaja saya melihat
foto yang diunggah oleh dr. Piprim, seorang dokter spesialis anak. Di foto itu,
dr. Piprim memberikan keterangan bahwa kasus difteri sudah ditemukan di
Jakarta. Seingat saya, angka kejadian difteri itu sudah mengalami penurunan
yang signifikan semenjak ada program Pekan Imunisasi Nasional. Saya kemudian
merujuk data ke web depkes, dan menemukan fakta bahwa satu diantara prestasi
yang telah diraih Indonesia sejak penerapan program imunisasi adalah “Diturunkannya
lebih dari 90% angka kesakitan dan kematian akibat penyakit Difteri, Pertusis,
Tetanus, dan Campak jika dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu.”
See? Angka kesakitan dan kematian akibat DPT
sudah mengalami penurunan hingga 90%, tetapi di kota sebesar Jakarta, masih ada
saja anak yang mengalaminya. Maksudnya, kalau kasus ini ditemukan di Pontianak
ataupun Kubu Raya, saya masih maklum. Tapi ini? JAKARTA? Ibu Kota Indonesia?
Screenshot postingan dr. Piprim |
Hmmm, iya sih… Namanya juga penyakit, mereka
kan gak akan pilih-pilih tempat :(
Akhirnya, saya memutuskan untuk mencari
info-info tambahan mengenai kasus ini di twitter. Saya pun kemudian membuka
akun calon suami @InfoImunisasi. Rupanya, sejak tanggal 29 Januari 2015,
difteri sudah ditetapkan menjadi Kejadian Luar Biasa di Padang.
What? Udah jadi
KLB aja? Kok gak bilang-bilang sih? Kemana aja saya selama ini? Kenapa bisa ketinggalan
info penting begini? Sebagai anak FK, disitu kadang saya merasa sedih :’(
Selain Padang, rupanya di Bandung juga sudah
ada satu orang korban meninggal akibat difteri. Kalau untuk difteri, satu kasus
aja udah cukup untuk menjadikan statusnya sebagai KLB. Menanggapi hal ini,
Menkes telah menjalankan Outbreak Response Immunization (ORI) atau biasanya
kita kenal sebagai imunisasi tambahan untuk mencegah penyebaran rantai
penularan penyakit ini.
Nah, difteri ini bisa menyerang anak-anak
maupun dewasa, dan menular melalui cairan mulut (air liur, dsb) maupun makanan
yang terkontaminasi oleh Corynebacterium diphtheriae,
bakteri
penyebab difteri. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui imunisasi, dan
suntikan booster difteri yang dianjurkan dilakukan setiap 10 tahun
sekali.
Sayangnya,
akhir-akhir ini mulai banyak pegiat kaum anti-vaksin yang bermunculan. Mereka
menolak segala bentuk imunisasi dan vaksinasi, serta menggaungkan jargon
tentang Imunisasi = Imun Is Asi.
Iya, ASI memang sangat bagus buat sistem imun
anak, tapi ASI saja belumlah cukup. Sebenarnya, apa sih alasan mereka melakukan
penolakan terhadap imunisasi dan vaksinasi? Apakah itu dianggap barang haram?
Karena setahu saya, ini mubah, bahkan halal menurut fatwa MUI. Mungkin teman-teman
juga bisa cek dan ricek tentang halal-haramnya sendiri. Adapun saya
merekomendasikan untuk membaca di link yang ini.
Jika
difteri sudah menjadi Kasus Luar Biasa, lalu, apa yang akan kita lakukan untuk
menjaga adik-adik kita, penerus bangsa ini dari penyakit tersebut? Masih mau
menolak imunisasi dan vaksinasi? Ya, terserah juga, sih. Kembali kepada pribadi
masing-masing.
Semoga
Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua :)
So, are you up to date enough? Know, Check, and Protect.
Immunize for a Healthy Future. #UdahImunisasiAja
Waduh dewasa juga kena.....
BalasHapusDari air liur penyebarannya? Oke, jomblo bisa bernafas lega. Tau sendirilah jomblo gimana.....
:D
Jomblo mah kalau udah diimunisasi lengkap Insya Allah bisa bernapas lega :D
HapusBahkan guepun nggak tahu dulu gue imunisasi apa enggak. Yang gue inget gue pernah ditimbang di posyandu dan entah diapain lagi. Habis itu dikasih bubur kacang ijo, enak lho. Kayaknya sih terima pesanan deh... Oke khilaf kaka....
HapusHahaha
Coba deh tanya sama emak :)
HapusGue juga sebenarnya gak ingat, imunisasi lengkap atau enggak, tapi pas nanya sama emak, katanya lengkap. Alhamdulillah.
Eh itu dapat bubur kacang ijo? :3
Ini kayaknya udah kebelet nyari calon suami.
BalasHapusAku jadi penasaran, buka wikipedia. Disitu dijelaskan kalau orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Mengerikan juga.
Salam kenal yak..
Calon suaminya masih di-keep sama Allah, Mas :') Makanya tulisannya pada dicoret tuh yang di atas *berasa revisi skripsi aja*
HapusIya, Mas. Difteri bahaya banget... Makanya harus dicegah lewat imunisasi.
Salam kenal juga ya.
Secara di Jakarta ngga semua orang sadar akan kesehatan ya.. Sedih jugak liatnya :(
BalasHapusDisitu kadang saya merasa sedih :(
HapusKalo gue teliti, di pontianak belum keliatan yang kena difteri. Jakarta mah jangan diherankan. Ngeri juga ya, untung gue waktu kecil Imumisasi lengkap :))
BalasHapusAlhamdulillah ya, Ric. Bisa bernapas lega :))
Hapusnggak begitu ngerti yang beginian, sebagai orang awam hanya bisa ngikutin saran bu dokter :D
BalasHapusJaman sekarang semua orang harus kritis, Mas. Jangan ngekor melulu :)
HapusYang pacarannya nggak sehat harus dikasih tau ini! Tukeran air liur mulu. Halah!
BalasHapusGue baru denger penyakit ini. Sumpah, gue merasa gagal.
Lo merasa gagal sebagai apa, Yog? :(
Hapusemang ada yg menganggap haram ya imunisasi atau pemberian vaksin gitu ? kok baru denger (atau aku yg kudet banget).
BalasHapusAda, Mas. Adaaaa.
HapusMereka digolongkan sebagai kaum antivaks (anti-vaksin) hehehe. Coba aja di googling kalau mau tau lebih lengkapnya :)
Bahaya, ya. Padahal tinggal imunisasi anaknya aja kok nggak mau. Demi kebaikan. :(
BalasHapusSehat itu kan mahal. Mending mencegah daripada mengobati.
Btw, aku baru tau ada yang mengharamkan imunisasi dan vaksin gitu. Aku kemana aja selama ini? :(
Semoga mereka yang men-tidak-bolehkan itu cepat disadarkan. Aamiin.
*masuk goa lagi*
Nah itulah, Rim. Lo baru tau ya? Sebagai temennya anak goa, kadang saya merasa sedih :(
Hapusya bingung juga sih kalau sudah dihubungkan dengan haram dan halal, bagaimana tidak, jika seandainya ada seseorang yang sakit dan obat yang dapat menyembuhkannya itu adalah harus makan apa yang diharamkan, dan hanya makan itu sipenderita penyakit bisa sembuh, bagaimana hukumnya.?
BalasHapusapakah harus rela menahan sakit hingga sekarat atau mencoba memakan obat itu.?
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari obat yang khobits (yang haram atau kotor).”
Hapus(HR. Abu Daud no. 3870, Tirmidzi no. 2045 dan Ibnu Majah no. 3459. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Sebenarnya, konteksnya gini. Umat Islam dilarang berobat dengan sesuatu yang jelas haram. Nah, imunisasi dan vaksinasi ini sudah jelas halal (berdasarkan fatwa MUI). Tapi, masih ada aja yang kontra...
Duh, aku juga makin bingung :(
asi memang baik namun alangkah lebih baiknya lagi jika dibarengi dengan imunisasi :)
BalasHapussalam kenal yahh
Bener tuh, Mba. Salam kenal juga :)
HapusYah bandung udah ada aja yang kena difteri yah. Serem juga ya neng. :((
BalasHapusIya, Neng :((
HapusMembaca ini seketika terlintas dipikiran gue, 'waktu kecil gue di imunisasi gak, ya?'. Tapi gue setuju mengenai program imunisasi. Toh, tujuannya kan demi kebaikan biar si anak terhindar dari penyakit-penyakit. :D
BalasHapusSemoga aja di-imunisasi, bro :D
HapusGue baca dari atas sampe abis isinya difteri tapi nggak dijelasin itu makanan apaan, eh salah, penyakit apaan maksudnya. haha :)
BalasHapusSatu lagi, mau nanya dong sama anak FK, apa ada perbedaan yang signifikan antara anak yang diimunisasi dan yang nggak? lebih kuat mana daya tahannya? Thanks
Daily Blogger Pro
http://dailybloggerpro.blogspot.co.id/
Ohiya, kelupaan ngejelasin huehehe.
HapusPerbedaan signifikan sih gak ada, ya. Hanya saja daya tahan untuk penyakit tertentu, pada anak yang diimunisasi, akan lebih kuat.
Misalnya seorang anak diimunisasi polio, nah daya tahannya terhadap penyakit polio akan lebih bagus dibandingkan sama yang gak imunisasi polio.
Kalau terhadap penyakit secara umum, ya tergantung daya tahan masing-masing, gitu :)
Arigatou Gozaimmasu Dara. :)
HapusTapi masih ada satu pemikiran yang berkelabat di kepala gue soal imunisasi, di event ini kan si anak diberi vaksin, apakah vaksin itu berupa virus yang dimasukan ke tubuh anak supaya si anak membuat antibodi sendiri, then, ketika ada penyakit yang sama dengan virus yang pernah disuntikkan dengan vaksin itu, si anak jadi kebal penyakit?
Yap. Kurang lebih seperti itu. Jadi isi vaksin ini biasanya virus yang sudah dilemahkan. Sehingga saat masuk ke tubuh manusia, dia gak berbahaya (pada orang yang imunitasnya normal, gak termasuk yang imun lemah, misal penderita HIV). Nanti, tubuh kita akan berusaha mengenali si virus ini dan membentuk sistem pertahanan terhadap virus ini. Sehingga, pada infeksi berikutnya dengan virus yang sama, tubuh kita udah bisa ngalahin si virus :)
Hapus