Aku mendapatkan tatapan sinis darinya. Padahal ini adalah kali pertama
kami bertemu, walaupun namanya memang sudah santer terdengar di sekolahan.
Andira Pramesti Lestari, siswi langganan juara kelas dan juara olimpiade
Fisika.
“Kalau kayak gini caranya, gak yakin menang deh…” Dia mendengus kesal.
Padahal perkaranya sepele sekali. Karena aku berkata bahwa batu dengan
massa 1 kg lebih berat daripada kapas dengan massa 1 kg pula.
Itu adalah pendapatku mengenai salah satu soal yang harus kami
kerjakan. Ini adalah perlombaan adu otak yang rutin dilaksanakan di sekolah
kami, dan entah kenapa aku bisa dipasangkan berkelompok dengan wanita berdarah
dingin ini. Peserta adu otak ini adalah para juara kelas, yang kemudian akan
dipasangkan secara acak untuk menjadi sebuah tim dengan anggota 2 orang.