Sejak Ayah dipindahtugaskan ke
Kota Pontianak, maka baru kali inilah aku kembali mengunjungi tempat
kelahiranku. Tempat yang harus ditempuh perjalanan belasan jam menggunakan klotok, sebab harga tiket pesawat
terlalu melangit bagi orang-orang bumi seperti kami. Sekarang, jarum jam
menunjukkan pukul 7 malam, saat klotok
yang kutumpangi merapat ke Kubu untuk menurunkan dan menaikkan sebagian
penumpang. Tujuan utama dari perjalanan klotok
ini masih jauh. Masih sekian jam lagi.
Pandanganku terlempar jauh menembus
kabut malam. Terlampau jauh hingga dapat menembus ruang dan waktu. Pikiranku
terbang ke masa lalu, saat fenomena sebuah buah yang gugur dari pohonnya
menjadi sebab musabab atas pertalian persahabatan yang terjalin antara kita
berdua.
Awal mulanya, kau bilang bahwa
buah ini aneh, sebab bentuk dan duri yang tak familiar kau jumpai di negaramu.
Tapi saat daging buah yang tebal berwarna kuning itu menyilaukan matamu, kau
tak pernah mampu menahan godaannya hingga saat ini. Saat papila-papila di
lidahmu mulai mencerna rasa yang teramat baru bagimu, saat itu pula kau
mengubah persepsi tentang buah yang awalnya kau anggap aneh itu. Sejak saat itu
hingga kini, kau selalu berkata bahwa kau mencintainya.
*ehem* |
“Durian is a fruit from heaven,” ucapmu kala itu.
Sungguh, sebenarnya aku tak pernah
mengerti maksud perkataanmu. Bahasa yang kukira entah dari planet mana, sebab
aku terlalu bodoh untuk tahu artinya. Yang aku tahu hanya binar matamu. Yang
aku tahu hanya senyum yang terkembang saat kau mengatakannya. Dan pikiran masa
kecilku menyimpulkan bahwa kau menyukai rasa khas buah itu. Ya, mungkin seperti
itu. Sebab setiap kali Pak Usu membawa parang untuk membuka durian, kita akan
berkejar-kejaran, saling berlomba untuk menyantap durian yang dibelah paling
pertama. Sebab apabila terdengar bunyi durian yang gugur dari pohonnya, kita
pun akan tetap berkejaran, mencari sumber suara dan memperebutkan durian itu
dengan orang utan.
Disini, di Cabang Panti. Seperti
itulah masa kecil yang berhasil terekam dalam kepalaku. Ketika segalanya
membaur indah membentuk harmoni. Kala kearifan lokal dan kemurnian ekosistem
berhasil membentuk rekaman masa kecil yang indah, terlebih pada setiap
fragmen-fragmen kehidupan saat kau datang dan menjadi teman bermainku.
Dan, seperti awal mula perjumpaanmu
dengan buah itu, seperti itu pula aku menganggapmu. Seseorang yang kuanggap
aneh sebab bahasa yang kau gunakan teramat asing di telingaku. Saat itu aku
masih belum mengenyam bangku pendidikan, karena fisikku dianggap terlalu kecil
untuk bersekolah sebab tangan kananku masih belum bisa menyentuh telinga kiri
saat kucoba melingkarkannya di atas kepala.
Aku menganggapmu orang aneh, sebab
gradasi kulit kita yang teramat jauh berbeda. Aku yang telah terbiasa bermandikan
cahaya matahari khatulistiwa tentu membuat pekat warna kulit yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan
dirimu, sebab kau pernah bilang bahwa kau tinggal di negara yang musim panasnya bahkan
lebih dingin daripada musim hujan disini.
Kau juga kuanggap aneh, sebab
setiap aku berada di dekatmu sejak sekian tahun dari pertemuan pertama kita,
ada sesuatu yang rasanya membuncah di hatiku. Sesuatu yang tak lagi sama
rasanya jika dibandingkan dengan dahulu. Bahagia yang tercipta saat dulu selalu
saja disebabkan oleh rasa senang makan durian, ataupun karena aku yang terlalu
senang hingga tertawa lepas kehabisan napas sebab bisa mengalahlan lelaki
sepertimu dalam permainan kejar-kejaran yang sering kita mainkan.
Tapi
sekarang, buncah bahagia itu tak lagi sama. Sebab aku bisa merasakannya tanpa
perlu makan durian ataupun menang berkejaran dari dirimu. Sebab aku bisa
merasakannya dengan begitu kuat saat berada di dekatmu, bahkan hanya dengan
memikirkan dirimu.
Celakanya, kini, kita sama-sama
telah beranjak dewasa.
Dari Negara mana ya temannya?? Hehehe...
BalasHapusNegara api, Om #halah
Hapushah...berarti tetanggaan dong sama sayah
Hapus'Papila papila lidahmu'
BalasHapusNjirr papila :v
Btw, itu anak orang mana? Nyasar gitukah di kalimantan?
Anak STM belajar tentang papila lidah gak sih, Yu?
HapusItu bukan anak nyasar, dia mah peneliti orang utan di Kalbar.
Haha, mungkin doi tertarik tuh sawa duren :3
BalasHapusKatanya sih emang doyan duren :))
HapusDuren emang bener2 buah surgaa :3
BalasHapusNah !
HapusPertemuan yang mengharukan, mungkin itu semua gara2 duren hahaha
BalasHapusBTW maksut nya " aku menganggapmu orang aneh, kau juga ku anggap aneh " apa ya ??? :-))
Maksudnya nanyain maksud "aku menganggapmu orang aneh, kau juga ku anggap aneh" gimana, Bang? Gak mudheng aku :(
HapusTrus kenapa kalok sama-sama dewasa, Dar? ._. *lagi enggak konsen*
BalasHapusPerasaan bahagia-nya beda antara pas masih kecil sama pas udah dewasa, kak ._.
HapusKenapa gitu, Dar? ._. *masih enggak konsen* *trus dijejelin kulit duren*
HapusBodo amat dengan kisah taksir-naksirnya, aku fokus ke duriannya aja. di kampungmu duriannya dijual berapa? kualitasnya bagaimana? biaya transportasinya berapa? *mari berbisnis* *tapi nggak jadi deh*
BalasHapusEmangnya kisah taksir-naksirnya keliatan nyata, ya, Bang? Ini fiksi kok u,u
HapusKampungku ya di Pontianak, tau sendiri lah harga durennya gimana :)
Cieee cinta monyet an ama bule cieeee ..
BalasHapusaku nggak terlalu suka duren . , apalagi kalo harus beli sendiri ..
kalo dikasih ya hayukkkk !!
#AzkaCintaGratisan
Hapusaku kurang suka duren sih,tapi kata yang suka mah duren tuh enak banget :)
BalasHapusEmang enak kok, kak. Cobain deh :)
HapusDi Bandung mah apa atuh ada bule juga nggak bisa dilihat sehari-hari, cuma turis aja gak pake neliti-neliti segala macem jadi kalau ngeceng yaudah lah lewat :(
BalasHapusSalam kenal, Dara! :D
Salam kenal juga, Safira.
HapusAyo, kesini aja. Banyak researcher bule nih :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus
HapusDar dar,,,penuh istilah medis ni,.ehem...papila papilaa
Kak Nita udah kayak si Wahyu aja komentarnya. "dihapus oleh pengarang" :D
HapusCinta dibalik nikmatnya duren, kayak gitu ya mbak? :D
BalasHapusYakaliiii
HapusHarga durian di sini, jakarta mahal banget. Beda sama duren alias duda keren buayaaaaaak ahahaa
BalasHapusHahaha ada-ada aja si Mbak :D
HapusAwww. Tulisannya manis. :)
BalasHapus*ngusir semut*
HapusAda rahasia di balik cerita.....
BalasHapusTapi gak boleh main rahasia-rahasiaan :/
HapusKlothok itu apa sih mbak ._.
BalasHapusGilak ini tulisan, kosakatanya kok ngeri ya, papila lidah, gradasi kulit :D kereeeen ya :D
Klotok itu sejenis motor air. Tahu motor air gak? Kalau ga tau mah tanya sama Kak Beb aja, bang.
HapusBentar bentar... Itu letak kerennya papila lidah sama gradasi kulit, dimananyaaa? :/
sampe sekarang ga suka-suka sama durian. pertama kali nyoba durian malah muntah -_-
BalasHapusSaya turut berduka cita, kak.
Hapusdurian... huft
BalasHapusKenapa Muhae? :/
Hapuscintaku berawal dari buah durian :v :v mungkin kalo dibikin sinetron judul yang paling cocok ya itu :D :D wakwakwak
BalasHapusBisaaaa bisaaaa
Hapus