Alkisah, terdapatlah sebuah negeri yang alamnya dianugerahi kekayaan
begitu melimpah. Tanahnya sangat subur, dapat menumbuhkan berbagai jenis
tanaman dengan mudahnya. Lautnya sering membuat negeri-negeri lain memendam
iri, sebab berbagai jenis ikan hidup dengan baik di kedalamannya. Negeri ini amat
kaya, bahkan hingga tanah terdalam yang tak mampu lagi dihujam oleh akar
pepohonan. Disana, tersimpan begitu banyak sumber minyak bumi dan tambang lain
yang menjanjikan kesejahteaan hidup apabila dikelola dengan baik dan benar.
Negeri ini memanglah kaya, tapi ada hal yang selalu janggal di hati
apabila kau mau ikut merenung bersamaku. Tapi sebelum itu, kau harus berjanji
untuk tidak menyebarkan berita ini kepada siapapun. Cukuplah kita –kau dan aku-
serta Tuhan yang tahu.
Begini. Aku pernah mendengar selentingan kabar burung, bahwa kekayaan
negeri ini tidak hanya dinikmati untuk negerinya sendiri. Maksudku, negeri yang
dianugerahi kekayaan di setiap jengkalnya ini tetap saja tidak dapat membuat
masyarakatnya hidup sejahtera. Aku menduga bahwa ada negeri lain yang ikut
menginfiltrasi kekayaan negeri ini, tetapi berhasil membuat masyarakatnya diam
saja dan hampir tak pernah peduli. Sebab kabarnya, masyarakat negeri ini
seringkali sibuk berkutat memperdebatkan hal-hal kecil yang jarang mendatangkan
manfaat bagi mereka. Kalau aku tidak salah, orang-orang modern sering
menyebutnya sebagai metode pengalihan isu.
Baru-baru ini, kudengar kabar menyedihkan yang datang dari negeri
tetangga. Lagi-lagi, si burung mengabarkan padaku bahwa telah terjadi
pengusiran dan pembantaian terhadap sekelompok etnis yang hidup disana. Maka,
kelompok yang mengalami ketidakadilan di negerinya ini memutuskan untuk
berlayar ke negeri-negeri lain, berharap kemurahan hati dari negeri-negeri kaya
yang menjadi tetangga negerinya untuk dimintai bantuan.
Detik berganti menit, jam pun berganti menjadi hitungan hari. Setelah
sekian lama waktu bergulir, sampailah mereka kepada negeri kaya yang baru saja
kuceritakan padamu. Tentunya mereka sampai setelah melalui banyak macam cobaan.
Mulai dari mengalami rasa lapar yang amat, sebab persediaan makanan selama
pelayaran tidaklah mencukupi, hingga menghadapi kematian satu per satu
kerabatnya selama masa berlayar.
Kini, susunan kepulauan negeri yang kaya itu telah terhampar di
hadapan mata mereka, dedaunan nyiur melambai-lambai seperti memanggil mereka
untuk sampai lebih cepat. Tapi sayang,
dugaan mereka atas pengharapan hidup yang lebih baik di negara kaya ini
sepertinya tinggallah angan. Bagai cinta yang pada akhirnya bertepuk sebelah
tangan, maka seperti itulah. Rupanya negeri-negeri yang kaya raya itu kurang
senang atas kedatangan mereka. Negeri yang kaya raya itu mengkhawatirkan
kondisi lumbung beras di negerinya apabila harus berbagi dengan para pendatang
yang jumlahnya tak cukup untuk dikatakan sedikit. Ya, negera-negara kaya ini
memutuskan untuk menolak kedatangan mereka.
Image Source |
Duhai, saudara. Apakah lagi yang dapat kau jadikan alasan untuk
mempertahankan hidup, ketika di negeri sendiri kau diusir dan dibantai, sedang
di negeri lain, mereka yang seharusnya kaya dan dermawan, malah menolakmu
secara berjamaah?
Allahu Yarham… Betapa beratnya ujian yang kau terima kali ini. Sebab
kami pun, yang mengaku peduli, tetap tak dapat berbuat banyak untukmu.
Maka, akan kuceritakan sebuah kisah yang kiranya dapat mengurangi
sedikit sesak di hatimu. Simaklah baik-baik, sebab jika pun kau tak dapat
membacanya secara langsung, semoga Allah berkenan menanamkan hikmahnya di kebun
hatimu, agar bermekaran bunga-bunga kesabaran yang dapat menggugurkan dedaunan
sembilu.
Dahulu, di sebuah tempat bernama
Thaif, seorang pemuda yang gagah nan perkasa menapakkan kakinya. Tentunya,
setiap langkah kaki itu dimaksudkannya untuk kebaikan, untuk menyebarkan
nilai-nilai dan ajaran yang dibawanya, agar penduduk setempat dapat keluar dari
kegelapan atas segala kejahilan pada masa itu.
Tapi, apa yang didapatkan pemuda
tersebut atas keputusannya yang terlampau berani itu? Sebab penduduk Thaif
menilai bahwa dirinya terlalu lancang, sehingga tak ada yang berhasil
didapatkannya melainkan hinaan dan pengusiran yang keji. Maka, diputuskannya
untuk pergi meninggalkan Thaif. Tapi penduduk Thaif bukanlah dari golongan yang
mudah habis akal, maka tidak dibiarkannya pemuda itu keluar dengan aman. Mereka
terus menghujani pemuda itu dengan ejekan-ejekan, melemparinya dengan batu
hingga tubuhnya berlumuran darah.
Tetapi, atas setiap ejekan yang
pernah terlontar, bahkan atas setiap bongkah batu yang telah mengucurkan darah
dari kulitnya, tak pernah sedikitpun dibalasnya penduduk Thaif melainkan dengan
memohonkan ampunan Allah atas setiap khilaf mereka.
Kelak, pemuda ini akan kita
kenal sebagai seorang utusan bagi seluruh alam, ialah Rasulullah Saw.
***
Sini, mendekatlah kawan. Akan kuceritakan padamu sebuah kisah lainnya. Tapi ini bukan tentang kabar burung lagi. Ini hanyalah cerita biasa yang kukarang-karang, yaitu tentang makna
tersembunyi atas penciptaan sebatang pohon.
Kau pernah melihat pohon pinus dan cemara, bukan? Kusampaikan padamu,
bahwa kedua jenis pohon itu adalah pohon yang tidak menghasilkan buah. Maka, perhatikanlah
kemana arah percabangannya tumbuh. Ya, ke atas. Tumbuh lurus meninggi, laksana
seseorang yang membusung dada, mendongak kepala.
Tapi, kemarilah. Kan kutunjukkan pula padamu hamparan pepohonan yang
buah-buahannya lebat menebar manfaat. Maka perhatikanlah arah pertumbuhan
cabang-cabangnya. Dan, ya. Jawabanmu benar lagi, kawan. Percabangannya tumbuh
melebar ke samping, menjangkau seluas-luasnya tempat, laksana sahabat lama yang
menyambutmu dengan tangan terbuka lapang, disertai kepala yang merunduk takjim.
Karena sejatinya, tumbuh tidaklah harus selalu ke atas. Terkadang kita perlu
untuk bertumbuh ke samping agar saling terkoneksi. Merangkul, dan
dirangkul, adalah syarat agar kita bisa maju bersama. Menjadi kuat bersama.
Image Source |
Maka, adakah buah pelajaran yang dapat kau petik dari setiap episode
kehidupan yang datang silih berganti, kawan? Sebab yang berharga, akan selalu
sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Lintang nol derajat, 19052015.
Barusan dapat kabar kalau ujian
mikroskopik diundur *\(^_^)/*
Keren nih yang analogi pohon pinus itu . .
BalasHapusUntuk negeri yang kau ceritakan itu, yang kaya tapi kekayaannya hanyalah sebatas isu. . nyatanya orang dinegeri itu sedikit sekali bisa menikmati kekayaan mereka sendiri . . hmm . . Kayak negeri kita ya .. hahaa ..
Bukan Lautan hanya kolam susu . . Katanya
Tapi kata kakekku, hanya orang2 kaya yang bisa minum susu . .
Kail dan Jala cukup menghidupimu . . Katanya
tapi kata kakekku, ikannya diambil oleh nelayan2 asing . .
. . .
Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman .. katanya.
Tapi kata kakekku, belum semua rakyatnya sejahtera, banyak pejabat yg menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri.
Salman ~ Tanah Surga Katanya
Menurutmu, itu negeri kita ya, Ka? :D
HapusIndonesia sih yang kaya, tetapi banyak sekali rakyat yang tidak bisa menikmati.
BalasHapusKaya dalam artian apa nih? Kalau alam mah semua bisa dinikmati.
HapusNah, iya. Kaya apanya dulu, Fif?
HapusAku nggak gitu ngerti tentang politik luar negeri. Apa pengaruhnya ketika menerima warga negara asing sehingga banyak negara yang mneghindari melakukan penerimaan tanpa jalur formal. Aku nggak mengerti.
BalasHapusTapi untuk saat ini, terjadi tekanan di beberapa negara perihal kejadian tersebut. Pemerintahnya ditekan untuk menerima. Ada penandatanganan petisi online juga. Berhasil atau nggaknya sih, tetap tergantung keputusan pihak pemerintah, tapi jika tidak sesuai dengan keinginan warganya, eksistensi pemerintah juga bakal terancam. Selain mendukung petisi, untuk saat ini palingan cuma bisa bantu secara materi, sumbangan. :(
Politik luar negeri aja gak gitu ngerti, gimana kamu mau ngertiin wanita, Bang. Pantesan jomlo :p Becandaaa becandaaaa.
HapusNah, iya, Bang. Bantu sebisa kita :)
negri kaya, bahkan terkaya di dunia, tapi kekayaannya bocor ke negara lain, lebih dari 5 negara ikut nikmatin kekayaan alam disini. tapi pribumi ga bisa ikut nikmatin. ngomongin ini mah suka emosi sendiri, ra. -___-
BalasHapusrohingya ya?
gelap mata ini orang yang ngusir, bahkan DPR di aceh juga ikut ngusir rohingya ya kalau ga salah. parah emang, padahal kemanusiaan.
Kalo emosi sendiri mah gapapa, Bang. Asal jangan dilampiasin ke orang lain aja :)
Hapusiya, siap bu :))
HapusJujur gue engga begitu ngerti, tapi gue browsing untuk memperjelas maksud dari ini, Ronghingyas itu yang muslim yang diusir itu ya, hmm sulit kalo sudah membahas seperti itu. tapi gue setuju banget sama kata-kata ini
BalasHapus"Karena sejatinya, tumbuh tidaklah harus selalu ke atas. Terkadang kita perlu untuk bertumbuh ke samping agar saling terkoneksi. Merangkul, dan dirangkul, adalah syarat agar kita bisa maju bersama. Menjadi kuat bersama."
Seandainya semua orang menyadarinya..mungkin akan indah.. seandainya
Mulai menyadari dari diri sendiri :)
Hapushaha pertama baca kirain mau cerpenisasi lagunya marjinal yang negri ngeri.. ternyata menceritakan sebuah negri yang kaya tapi hartanya entah kemana.. wkwkwk
BalasHapuswah kasian tuh kaum rohingya, mungkin kalo dia berlayar ke jawa bakal diterima tuh..
Aku gak gitu suka sama lagu marjinal, Bang :D
HapusAseli, gue suka banged gaya tulisannya Sis. :-D
BalasHapusMakasih, bro :-D
HapusMungkin satu satunya mahluk hidup yang tidak dapt hak asasi. Kasian..
BalasHapusBisa jadi, bisa jadi...
HapusRohingya gitu yaa?
BalasHapusKayaknya waktu gue denger dan baca, kamis besok mau dikembalin lagi ke negaranya....
Ntar dibunuh lagi...
Entah masalah apa... Mungkin ras atau emang kaum yang terdiskriminasi disana...
Btw. Ada yang salah deh kalau gue resapi...
Pinus memang tumbuh tinggi dan tidak berbuah...
Tapi bukan berarti pohon yang tumbuh tinggi bagaikan dada dibusungkan tidak selamanya berbuah.
Contoh kelapa. Tingginya rata rata lebih tinggi malah dari pinus (tergantung sikon)...
Tapi dia berbuah..
Menurut gue lo bener,
Tapi ada kata yang kurang, yaitu pinus tumbuh tinggi dan semakin keatas semakin lancip :))
Cmiiw
*tidak selamanya tak berbuah
HapusWuih, cermat juga ya kamu, Yu. Makasih koreksiannya :)
HapusPadahal PBB udah menyerukan agar negara-negara ikut bantu migran Rohingya, cuma berita terakhir Indonesia mengabaikannya.
BalasHapusMungkin karena jumlahnya yag terlalu banyak.
Malah sekarang saling menyalahkan, Indonesia minta Myanmar ikut bertanggung jawab. Padahal udah ada korbannya gara-gara kelaparan. Hmmmm .... mau sampai kapan coba...
Kalau diteliti lagi sih, Myanmar juga harus ikut tanggung jawab, Om. Gak boleh lepas tangan aja. Menurutku sih gitu :))
HapusKeren asli tulisannya, banyak pembelajarannya juga
BalasHapusObat herbalnya juga keren :))
HapusCoba warga Indonesia bisa memanfaatkan sepenuhnya kekayaan yang ada Indonesia, pasti hidupnya kan lebih sejahtera dibandingkan dengan yang sekarang
BalasHapusCoba aja gitu :))
HapusKeren cerita''a mba. I like this (y)
BalasHapus:)
Hapusbetul juga, yang bermanfaat untuk sesama
BalasHapusyg kagak ada manfaat cenderung sombong dan mendongak
Nah!
Hapusdar...uda saatnya kamu bikin antologi..#Nah !!!
BalasHapusAamiin, semoga bisa :D
HapusTapi mau antologi yang barengan anak-anak blogger juga... Kira-kira siapa yang mau diajakin bareng ya? Mba Nita mau gak? :))
Kalok uda masalah materi, ngga ada yang bisa adil deh kayaknya. Terlalu banyak yang tergoda hingga lupa pada niat mulia.. :'
BalasHapusNah iya kan kak :D
Hapusindonesia adalah negeri kelahiranku ..
BalasHapusObat Herbal Buat Jantung