Image Source |
Assalamu’alaikum!
Temen-temen sekalian udah pada tahu singkatan dari ASI belum sih? Apa?
Air Susu Ibu? Yak, anda kurang beruntung. Jawabannya masih belum tepat. Yuk
ditebak lagi. Eh? Apa? Aku Sayang Ia? Bukan, bukan yang itu juga. Kalau
ngebahas sayang-sayangan mah ntar pada baper semua jadinya :’)
Kali ini, kita akan ngebahas tentang ASI yang merupakan singkatan dari
Asosiasi Seksologi Indonesia. Sebenernya, bukan mau ngebahas tentang ASI-nya
juga sih. Yang akan dibahas kali ini adalah tentang turunan dari ASI, yaitu
sebuah komunitas beranggotakan pemuda pemudi mesum yang peduli terhadap
isu kesehatan seksual. Komunitas ini dinamakan Borneo Sexual Health Community atau yang lazim disebut sebagai
BSHC.
Nah, jadiiiii… BSHC itu statusnya masih sebagai komunitas rintisan
gitu, anggotanya baru ada beberapa orang. Kalau di ASI itu kan isinya para
seksolog dari kalangan professional seperti dokter, psikolog, dsb, maka di BSHC
itu isinya yang masih muda-muda, yang masih berstatus sebagai mahasiswa.
Jujur, pada awalnya saya tidak menyangka akan bergabung dalam
komunitas seperti ini, sebuah komunitas yang akan banyak berinteraksi dengan hal
yang umumnya dianggap tabu oleh masyarakat. Saya jadi ingat bagaimana dulu,
saat kami masih berada di semester 1. Jika kami tanpa sengaja membuka halaman
pertama atlas anatomi yang menampilkan gambar fullbody, maka kami akan buru-buru menutup buku tersebut, kemudian
ber-istighfar banyak-banyak. Padahal kan mau belajar anatomi, ya pasti harus
lah ngeliat-liat gambar begituan… Tapi karena dulu kami merasa asing dengan
gambar tersebut, maka seperti itulah. Bahkan ada seorang teman yang akan teriak
histeris kalau ngeliat gambar-gambar begitu. Yah, tapi itu dulu… Sekarang udah gak
begitu lagi sih :v
Oke, balik lagi ke BSHC. Selama bergabung di BSHC, ada banyak sekali
manfaat yang saya rasakan. Dan bagi saya, manfaat yang paling besar adalah bisa
mendapatkan banyak sekali ilmu pengetahuan baru. Jadi gini, kalau ASI ngadain
seminar, kita-kita dari BSHC akan diminta untuk jadi panitianya. Jadi ya secara
gak langsung bisa ikutan seminar gratis gituh~
Satu diantara sekian banyak ilmu yang bisa menarik atensi saya sepenuhnya
adalah tentang psikologi anak. Bayangkan aja, betapa susahnya memberikan
pendidikan seksual kepada anak-anak. Sesama orang dewasa aja kadang-kadang
masih ngerasa canggung kalau ngomongin masalah beginian, nah ini harus
memberikan edukasi ke anak-anak. Kan ribet.
Parahnya, hal-hal yang dianggap tabu seperti pendidikan seksual bagi anak
ini seringkali diabaikan oleh orang tua, padahal sangat penting untuk
disampaikan kepada mereka. Agar anak paham, sehingga tidak menjadi terlalu
polos dan malah menjadi korban pelecehan karena mereka tidak mengetahui tentang
apa yang seharusnya mereka jaga. Nah, disinilah fungsi penting psikologi anak. Orang
tua harus menguasai konsep-konsep pendidikan seksual bagi anaknya. Contohnya
aja, pada umur berapa si anak sudah harus mulai dikenalkan terhadap alat
reproduksi mereka; bagaimana menjelaskan bahwa ada perbedaan alat reproduksi
antara laki-laki dan perempuan; menceritakan kepada mereka bahwa kelak, ada
saatnya mereka akan mengalami masa pubertas; perubahan apa saja yang akan
terjadi jika mereka mengalami pubertas, dan sebagainya.
Yang terpenting dan harus diedukasi secara dini kepada anak adalah
menjelaskan bahwa anak memiliki daerah privasi yang tidak boleh disentuh oleh
siapapun, bahkan kedua orang tua mereka (orang tua harus meminta izin kepada
anak terlebih dahulu). Tunjukkan kepada anak dimana saja letak-letak daerah
privasi yang ada di tubuh mereka. Jelaskan pada anak bahwa mereka memiliki hak
terhadap daerah privasi mereka itu. Dan ajarkan agar anak bercerita kepada
orang tua apabila ada yang mengganggu daerah privasi mereka, sehingga mereka
bisa memproteksi diri mereka sendiri.
Salah seorang dosen kami, seorang dokter spesialis anak pernah
menceritakan pengalamannya. Saat itu, beliau ditunjuk sebagai saksi ahli dalam
sebuah kasus dugaan pemerkosaan terhadap anak. Si anak ini tidak pernah mau
menceritakan kejadian yang dialaminya kepada siapapun, bahkan kepada kedua
orang tuanya. Tetapi si Ibu dari anak ini curiga dengan keluhan anaknya itu.
Pokoknya, ada yang aneh dari anaknya. Maka, dibawalah anaknya ini ke dosen
kami. Setelah digunakan berbagai macam trik untuk membujuk si anak, maka
akhirnya si anak ini menceritakan apa yang telah dialaminya kepada dosen kami. Terkuaklah
fakta bahwa pelaku pemerkosaannya adalah tetangganya sendiri, dan ternyata
sudah banyak menjatuhkan korban (semua korban adalah anak-anak). Agar para
korban ini mau melakukan hal tidak senonoh tersebut, maka mereka diiming-imingi
dengan fasilitas nonton kartun di rumah si pelaku. Pertanyaanya, kenapa para korban
ini mau-mau aja? Alasannya tak lain karena mereka tinggal di kampung, dimana
yang memiliki televisi hanyalah si pelaku ini. Pun, si anak tidak pernah
mendapatkan pendidikan seksual yang memadai, sehingga tidak mengetahui bahwa
hal-hal seperti itu tidak seharusnya dilakukan. Pelaku pun mengancam kepada
para korban agar tidak menceritakan kejadian ini kepada siapapun.
Lalu, kenapa si anak tadi mau
menceritakan kejadiannya kepada dosen kami? Yak, intinya ada di cara komunikasi.
Kita harus membentuk zona “friend”
dengan si anak, kemudian menggunakan bahasa yang mereka pahami. Sehingga,
ketika si anak sudah percaya bahwa kita adalah temannya, maka mereka akan mudah
menuangkan segala perasaannya kepada kita.
Cara komunikasi terhadap anak-anak memang terkadang membingungkan. Terkadang,
kita ingin menjelaskan sesuatu yang rasanya sulit untuk mereka pahami, sehingga
kita sebagai orang dewasa cenderung tidak memberi tahu pada mereka tentang
makna sebenarnya yang ada.
Dulu, saat kecil, saya yakin bahwa saya termasuk dalam golongan anak
kecil yang nyebelin. Saya suka bertanya tentang apapun terhadap orang-orang
yang saya jumpai. Pernah suatu ketika, saya diajak kakak sepupu saya ke
minimarket. Saat itu, kakak sepupu saya membeli pembalut. Karena merasa baru
pertama kali melihat barang seperti itu, maka saya menanyakan ihwal barang itu.
Dan kakak sepupu saya menjawab bahwa itu adalah “kue sejenis roti”. Sesampainya
di rumah, saya malah bingung sendiri kenapa “kue sejenis roti” itu gak
dimakan-makan.
Pernah pula dulu, saat saya duduk di bangku SD, mungkin sekitar kelas
satu atau kelas dua. Guru agama kami
menjelaskan bahwa seorang laki-laki dinyatakan baligh apabila telah mengalami mimpi basah. Karena saya merasa baru
mendengar kata “mimpi basah”, maka saya pun bertanya kepada guru saya arti dari
kata tersebut. Maksudnya, mimpi basah itu mimpi yang kayak gimana sih? Maka,
guru saya pun menjawab bahwa mimpi basah itu adalah “mimpi bertemu bidadari”. Saat
itu, dengan pemahaman yang terbatas, saya merasa fine-fine aja dengan jawaban guru saya itu. Setelah dewasa dan mulai
paham, saya baru sadar betapa sadisnya saya yang nanyain hal begituan ke guru
saya yang laki-laki. Ya pasti susah lah ngejelasinnya ke anak perempuan yang
masih belum cukup umur, makanya beliau menjawab dengan bahasa kiasan seperti
itu.
***
Dari hari ke hari, saya kian resah terhadap pemberitaan-pemberitaan di
media tentang betapa parahnya kondisi anak-anak di negeri ini. Dari yang kena
pelecehan lah, yang ini lah, yang itu lah, pokoknya selalu bikin geleng-geleng
kepala. Dan yang semakin memprihatinkan, banyak “orang-orang dewasa” yang nge-share berita-berita tersebut dengan
komen yang enggak-enggak. Hobi banget nyalahin orang lain. Padahal, ya,
sebaiknya kita introspeksi diri sendiri, apakah memang kita sudah benar dalam
mengedukasi anak-anak yang ada di sekitar kita? Jangan-jangan, mereka jadi
begitu karena kita yang lalai. Jangan-jangan, mereka jadi begitu karena kita
yang terlalu sibuk sama diri sendiri. Jangan-jangan, mereka jadi begitu karena
kita sibuuuuuk banget memperdebatkan hal-hal kecil yang kurang berguna, padahal
di depan mata kita telah tersaji beragam masalah besar.
Akhir kata, buat para calon bapak, calon ibu, bapak-bapak, ibu-ibu,
semua yang ada disiniiiii~
Yuk, kita sama-sama belajar :) Karena membentuk generasi muda yang cemerlang
adalah tanggung jawab kita bersama. Hammasah!!!
sekarang kamu udah tau apa itu mimpi basah, ra. jadi kamu gakan nanya pertanyaan yang sama ke dosen kamu. hahaaha
BalasHapusjadi, mendidik anak tentang seksual harus semenjak dini, gitu ya dok ?
Yakali nanyain ke dosen. Polos amat hahaha.
HapusYap, begitu bang. Disesuaikan dengan tingkat pemahaman si anak juga :)
saya kira sepolos itu kamu, ra. hahaha
Hapustapi kadang saya takut kalau ada orang tua yang jelasin itu ke anaknya, saya ngira kalau itu belum pantas buat didenger si anak malah -__-
Kata guruku, orang polos itu beda-beda tipis sama orang bego. Makanya aku gak mau jadi orang yang polos haha.
HapusItulah gunanya orang tua buat memahami psikologi anak, bang. Jadi orang tua bisa menyesuaikan apa yang akan diajarkan ke anaknya berdasarkan kemampuan anak menangkap dan mengolah informasi. Kesannya emang ribet gitu sih :/
Bener Ra. Memang udah harusnya anak2 dijelaskan dengan hal2 yg kayak gitu. Zaman skrg hal yg kyk gitu rasanya udah ak tabu lagi untuk di bicarakan ke anak2 tapi tetap dengan konsep penyampaian yang bsa diterima oleh si anak. Kan tujuannya untuk diri anak itu sendiri.
BalasHapusHahaa mimpi basah = mimpi ketemu bidadari
lucu ra.. :D
Sip sip sip. Setuju deh sama kamu, kak :)
HapusAku juga masih gak habis pikir, kenapa pas SD bisa tega nanyain itu ke guru :D
Ini penting nih bagi anak-anak yang beranjak baligh :) karena mereka jadi tahu tentang seksologi.
BalasHapusAlhamdulillah udah ngerti sendiri, dan sampe kapan pun akan ngerti hehehe :D
Mimpi basah, iya sih ketemu bidadari. Tapi kudu cepat bangun dari biasanya wkwkw iykwim. Pengalaman anak cowok :D
Emangnya kamu udah baligh, Fif? xD
HapusSetuju mba, pendidikan Seks perlu ditanamkan sedini mungkin untuk mencegah pelcehan seksual terhadap anak-anak
BalasHapusKalau di Jepang, pendidikan seks buat anaknya gimana ya Kai? Pernah baca dikit, itupun udah lumayan lama. Kalau tahu, bagi infonya dong :))
HapusBaru tau saya mba Pembalut itu kue sejenis roti :D
BalasHapusSaya...juga...baru...tau :/
Hapuswah mbak keren tuh BSHC, kayanya saya tertarik mengikuti komunitas sejenis itu
BalasHapusBikin aja mas di daerah kamu :)
HapusKakak sepupuku juga jawab "Roti" waktu aku tanyain itu apaan. :x
BalasHapusTiap orangtua sebenarnya mau menjelaskan tentang seks pada anaknya, namun banyak orangtua belom tahu cara memberitahunya *aku juga belom tahu sih*. lalu menimbulkan kekhawatiran sebaliknya, "entar kalo anakku malah begini begini bagaimana?", di sekolah pun tidak ada pelajaran tentang hal ini.
Berarti orangtuanya mesti diedukasi lebih dulu. Gitu kah, Dar?
Wa wa wa... Jangan-jangan kakak sepupu kita samaan :/
HapusTul itu bang, tul. Orang tua memang harus "ter-edukasi" lebih dahulu. Kalau mau dapat gelar S1 aja harus belajar mati-matian, masa belajar buat mendidik anak cuma sekedarnya aja. Padahal kan baik buruknya generasi mendatang itu tergantung dari yang sekarang jadi orang tua dan para calon orang tua. Gih sana belajar banyak-banyak~
Di sekolah sih palingan diajarin pelajaran biologi bab sistem reproduksi itu kan ya... Tapi siswanya pada heboh sendiri, pada protes kenapa materi itu gak ada prakteknya. Harusnya mereka yang pada protes itu masuk FK. Disini ada praktikum tentang materi begituan.
#InfoLoker RT@daraagusti: Harusnya mereka yang pada protes itu masuk FK. Disini ada praktikum tentang materi begituan.
Hapuskalo nyari istri orang seksologi aja begimana? xD *macam lah jodoh bisa direquest semau ati*
Lah, malah dikasi hestek begitu -_-
HapusSelama yang mau dijadiin istri mau sama kamu sih gapapa, bang. Sah-sah aja kok :p
thanks infonya kawan
BalasHapusSama-sama kawan.
Hapusiyaa jawabnya bingung lah mimpi basah kaya gimana hahaha ..
BalasHapusTapi kan aku juga penasaran sebenernya mimpi basah itu kaya gimana hahaha.
Hapussampai saat ini juga saya sering bilang kue rasa roti ke tukang penjual nya biar tidak terlalu malu juga :) :D hihi
BalasHapusdi zaman sekarang perlu tuh pendidikan seks sedini mungkin agar nanti si anak kalau sudah dewasa tau apa arti seks dan tidak melakukannya :)
Itu penjualnya ngerti? Kalau aku yang jadi penjual, pasti beneran aku kasi roti ke kamu :D
HapusBukan "tidak melakukannya" juga sih, tapi melakukannya ketika sudah diperbolehkan agama dan negara :))
Singkatan nama komunitasnya kayak nama bank, ya? Heheh.
BalasHapusSepakat, pendidikan seks di usia dini perlu banget kalo liat betapa memprihatinkannya kondisi anak-anak jaman sekarang.
Nama bank...? Dasar lelaki, yang ada di pikirannya duit aja terus! Hih!
Hapus