Assalamu’alaikum wr wb. Apa kabar teman-teman semua? Semoga selalu
dalam dekap lindungan dari Allah SWT.
Sebenarnya, pada Ramadhan kali ini, saya lebih memilih untuk meng”kupu-kupu”kan
diri dari dunia perbloggeran. Memilih
untuk vakum memposting tulisan maupun komentar di blog, dikarenakan suatu
alasan yang rasanya tidak perlu saya ceritakan. Tapi tidak untuk hari ini, di
hari ke-12 Ramadhan. Ada keresahan begitu mendalam yang saya rasakan. Sebuah keresahan
yang membuat saya memutuskan untuk menuliskan artikel ini. Disini, hari ini
juga.
***
Sejak kecil, apabila saya ditanya oleh orang-orang yang lebih dewasa
tentang warna apa yang saya sukai, maka saya akan merasa kebingungan. Bukan karena
tidak memiliki warna yang saya jadikan favorit, tetapi karena orang yang
bertanya kepada saya kerap mengatakan bahwa saya hanya boleh memilih satu warna
yang paling saya sukai untuk dijadikan warna kesukaan. Padahal saya selalu
menyenangi banyak warna, tidak hanya satu. Maka sejak saat itu, jawaban tentang
warna favorit saya selalu berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu. Saya
pernah menyukai kuning, kemudian hijau, berubah menjadi jingga, lalu merah,
kemudian abu-abu, dan beranjak menjadi biru. Tetapi kemudian saya sadar, bahwa
saya tidak bisa benar-benar hanya menyukai satu warna saja. Maka, ketika sudah
beranjak dewasa, dan ditanya tentang warna kesukaan, saya akan menjawab: pelangi! Sebab rasanya, hidup terlalu
indah untuk memaksamu menyukai satu warna saja. Saya memutuskan untuk menyukai
semua warna, diwakili oleh pelangi, sebuah spektrum yang menunjukkan bahwa
perbedaan akan menjadi benar-benar indah apabila dipersatukan.
Beberapa hari yang lalu, adik laki-laki saya membacakan sebuah judul headline di sebuah portal berita online yang berbunyi kurang lebih
seperti ini “TANDA KIAMAT SUDAH DEKAT: 50 NEGARA BAGIAN AS LEGALKAN PERKAWINAN
SESAMA JENIS”. Dia kemudian menghela napas sejenak, bertanya kepada saya, “Udah
tau, belum?”
Mendengar pertanyaannya, saya kemudian mengangguk lemah. Menjawab sekenanya,
“Udah…”
Legalisasi perkawinan sesama jenis.
Saya tak tahu lagi bagaimana reaksi malaikat ataupun Nabi Luth tatkala
mengetahui bahwa di bagian bumi sana, di jaman semodern ini, ada sekelompok
orang yang bersorak sorai dengan amat bergembira karena pengesahan peraturan
baru ini. Peraturan baru yang sebenarnya membawa kepada kemunduran. Kata mereka,
ini adalah sebuah kemenangan atas kemanusiaan. Bahwa melakukan perkawinan sesama
jenis adalah hak bagi setiap manusia. Apakah memang benar seperti itu?
Tidak, saya tidak akan menceritakan bagaimana tragisnya nasib kaum
Nabi Luth akibat perbuatan homoseksual yang mereka agung-agungkan di jaman itu.
Saya juga tidak akan membawa dalil-dalil dalam agama untuk menentang kebijakan
ini. Sebab bukan kompetensi saya untuk berbicara di ranah tersebut.
Sejauh ini, yang saya pahami, pernikahan adalah tentang menikahi
perbedaan, bukan menikahi persamaan. Bahwa sejak awal manusia telah diciptakan
berpasang-pasangan. Lelaki dan perempuan. Adam dan Hawa. Fulan dan Fulanah. Pernikahan
adalah tentang saling melengkapi, saling menyempurnakan. Bahkan dalam agama
yang saya yakini, pernikahan adalah sesuatu yang teramat sakral, sesuatu yang
akan menegakkan separuh agama.
Lagi, yang saya pahami. Dari menikahi perbedaan tersebut, maka satu
diantara sekian banyak fungsi pernikahan akan dapat tertunaikan. Fungsi untuk melanjutkan keturunan. Saya
kira, fungsi yang satu ini tidak akan bisa berjalan apabila pernikahan
dilakukan dengan sesama jenis. Lelaki dengan sesama lelaki, misalnya. Bukankah
tidak ada seorangpun lelaki di dunia ini yang memiliki tempat tumbuh kembang
untuk seorang anak senyaman rahim Ibu? Pun sama. Pada pernikahan antar sesama
perempuan. Boleh jadi setiap perempuan memang memiliki tempat tumbuh kembang
ternyaman itu, sesuatu yang kita sebut sebagai rahim. Tapi, bukankah tidak ada
seorangpun perempuan di dunia ini yang memiliki “bibit” untuk menumbuhkan anak
di dalam rahim?
Kita semua paham bahwa lelaki dan perempuan memiliki fitrahnya
masing-masing. Bagaimana seorang lelaki telah diciptakan dengan sifat maskulin
sehingga dijadikan pemimpin dalam keluarga. Bagaimana seorang perempuan telah dianugerahkan
dominasi atas perasaan penyayang, lemah lembut, dan kelembutan-kelembutan lainnya
yang akan menunjang perannya sebagai seorang Ibu.
Saya tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya apabila saya adalah
seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan perkawinan sejenis. Betapa masa
kecil saya akan ditumbuhi kebingungan tak berkesudahan, sebab saya memiliki dua
orang ayah tanpa ibu, ataupun memiliki dua orang ibu tanpa ayah. Akan ada hal-hal
krusial yang hilang dari diri saya. Sentuhan
alami dari kombinasi antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang
seharusnya membentuk kepribadian saya secara utuh. Bisakah saya mendapatkan hal
tersebut apabila kedua orangtua saya adalah pelaku perkawinan sejenis? Dan sebuah
pertanyaan retorika lainnya adalah, bisakah saya menjadi seseorang yang
dilahirkan di dunia ini?
Tentang pelangi.
Seperti hal-hal lainnya yang saya pahami sesuka hati saya, maka
pemahaman saya tentang pelangi selalu saja tentang perbedaan. Tentang perbedaan
yang dipersatukan dan menjadi indah. Tetapi tidak dengan mereka, kaum LGBT (Lesbian
Gay Biseksual Transeksual). Saya tak tahu atas dasar apa, tetapi mereka
menjadikan “pelangi” sebagai simbol mereka.
Saya pernah menjadikan warna-warni pelangi sebagai background di kertas yang dipergunakan
untuk media kampanye penolakan terhadap kekerasan seksual. Melihat hal tersebut,
ketua angkatan saya sekaligus teman di BSHC, Muhammad Amin, malah bertanya “Loh,
kenapa backgroundnya pelangi, Dar?
Bukannya itu identitas kaum homo ya?”. Ketika itu, saya woles saja menjawab, “Gak
tau, Min. Emangnya pelangi cuma mereka aja yang boleh pakai?”.
Hingga saat ini, saya tetap menyukai pelangi. Tak peduli dengan
kenyataan bahwa pelangi telah diklaim sebagai simbol kaum homo. Tetapi saya
tetap tidak setuju dengan legalisasi perkawinan sesama jenis. Bukankah
perbedaan itu indah? Lalu, kenapa harus melegalkan yang sama? :’)
Adapun tulisan ini, semoga saja merupakan sebentuk kecil dari
kelemahan iman saya yang kemudian berontak, karena tak dapat berbuat banyak
untuk menentang kebijakan tersebut.
Tanda-tanda akhir zaman sudah semakin jelas...
BalasHapus:'(
HapusYah. Gimana ya. Aduh bingung.
BalasHapusLah -_-
HapusMasa-masa ke depan tampak akn jauh lbh suraamm :'(
BalasHapusNah, itu.
HapusBenar-benar kemerosotan moral yang berdampak buruk buat masa depan
BalasHapus:'(
Hapuswah dunia udah semakin suram, perkawinan sesama jenis dilegalkan, moral ditinggalkan untuk kebahagiaan sesaat :-(
BalasHapusSurammmm :(
Hapusentah memang aneh. disaat banyak lawan jenis yg belum menikah, mereka malah memilih sesama jenis. menyedihkan :(
BalasHapusMenyedihkan :(
HapusWaalaikumsalam Wr. Wb
BalasHapusKemana aja nih Dar ga nongol-nongol? :D
Makin parah aja nih Dunia, kaya'a bener" bakal cepet berakhir nih dunia :(
Kagak kemana-mana kooook :D
HapusTentang foto pelangi ini ya . . ?? entah kenapa sejak ada wacana itu, di bbm banyak banget yang masang dp foto pelangi tanpa tau apa sebenernya artinya itu . . errr
BalasHapusE tapi cover film AADC juga pelangi loh . . jangan2 si Rangga nggak kunjung nembak cinta karena diaaaa . .
Ra... Rang... Rangga ... Ta... Tapi... Kan... :(
HapusMenyedihkan, gak habis pikir. Mungkin inilah salah satu tanda.
BalasHapusTanda kiamat?
Hapusjadi ngerusak keindahan ya :)
BalasHapusbiasanya isu HAM dijadiin alat legalisasi LGBT
Sedih :(
Hapusiya semakin horor ya dunia ini :(
BalasHapusTuh kan :(
HapusIni apaan, sih? Dari pelangi nyambung ke perkawinan sejenis. Setelah baca sampe habis, baru ngerti. Oh, ternyata lambang pelangi dijadiin simbol homo. :))
BalasHapusYa Allah, gue yang udah sering disakitin wanita aja masih mau sama wanita. Mereka yang suka sesama jenis kenapa, ya? Astagfirullah. :(
Iya, Yog. Kenapa mereka bisa sampai suka sesama jenis gitu sih? :(
Hapusya semoga indonesia ga latah juga ngikutin buat legalisasi pernikahan sesama jenis.
BalasHapusbener sih serem juga ya kalo pernikahan sesama jenis ini udah lumrah, bakal kaga laku bidan, soalnya kaga ada yg melahirkan.
Eh iya ya... Bidan jadi kagak laku :v
Hapusaku juga bingung sampe skrg. Kenapa LGBT harus di simbolkan dgn warna pelangi? huh -___-
BalasHapusKadang aku juga mikir, apa sih yg ada dipikiran mereka sampe bsa suka dgn sesama jenis gitu. Makin lama makin parah aja kehidupan kita ini.
Moga aja, LGBT gak sampe di izin kan ya di Indonesia.
Iya, kan? Padahal pelangi itu indah banget. Enak banget mereka ngaku-ngaku pelangi jadi simbolnya. Hih.
HapusSemoga aja di Indonesia masih ada yang ngerti bahwa LGBT gak seharusnya dilegalkan :)
Heran sama yang mendukung LGBT. Jangan-jangan mereka...
BalasHapusSedih.
Jangan-jangan... :(
Hapusyah kalo gue sih lebih baik mempersiapkan diri dan materi buat mendidik anak gue nanti..
BalasHapusudah gue duga kalo dimasa depan nanti indonesia ama amerika gak ada bedanya..
Sip deh, Om Slemut! Mempersiapkan diri buat pendidikan anak yang terbaik pokoknya :D
Hapusjaman sekarang menakutkan banget, apa lagi dengan pernikahan sejenis atau hubungan sesama jenis, naudzubilahimindzaliq,
BalasHapuswalaupun simbol pelangi di jadikan simbol homo, bagi saya pelangi tetep indah apa lagi ketika habis turun hujan
Iya, Def. Lebih menakutkan daripada film horror :/
HapusAstagfirullah -_
BalasHapuspertama kali denger ini aku takut, bingung, kesel, dan bersyukur..
BalasHapusalhamdulillah, dikasih "normal"