Assalamu'alaikum!
Alhamdulillah ini cerbung part 2 akhirnya selesai juga huehehe.
Bagi yang belum baca part 1 nya, monggo cek dimari Perasaan Ini Begitu Indah, Bantu Aku Menjaganya
Yuk, kita mulai part 2 nya yaaa.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Image source |
Karena
kini memang belum saatnya…
Matanya yang sedari
tadi menerawang kosong tiba-tiba mengeluarkan air hasil proses lakrimasi dari
saluran yang menghubungkan indra penglihatan dan penciumannya. Disekanya air
bening itu, namun konspirasi antara syaraf-syaraf dan saluran lakrimalnya masih
belum mau berhenti. Lagi, aliran sungai kecil terbentuk dari kedua pipi
indahnya.
Ia masih mengingat
kutipan dari buku yang dibacanya pagi tadi, sebuah kalimat indah dari Buya
Hamka.
"Ayah
takut, jika kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah…"
Ia menghempaskan
napasnya begitu kuat, merasa sangat jauh dari Rabb-nya ketika membaca kalimat
tersebut. Rasanya sakit, seperti ada benda tajam yang menikam tepat pada lobus
dextra hepar miliknya. Batinnya perih, sukmanya kusut masai.
Pertanyaan-pertanyaan yang semakin membingungkan berkecamuk di kepalanya silih
berganti.
Mengapa
jantungmu berdetak cepat saat pemuda itu menanyakan namamu? Apakah itu yang
seringkali dilontarkan para muda-mudi masa kini? Sebuah perasaan bernama cin…?
Ah, tak mungkin!
Kalimat dari Buya Hamka
masih menempel di korteks serebri miliknya. Tiba-tiba ia juga merasa takut jika
ada seorang pemuda yang dicintainya melebihi bagaimana ia mencintai Rabb-nya.
Aliran sungai dari kedua pipinya semakin deras saja, membanjiri hatinya yang
sedari tadi telah kuyu.
Tuhan,
maafkan aku, jika mencintai-Mu, dengan cara yang terlalu sederhana…
Di seberang kamarnya
yang dihiasi wallpaper berwarna biru laut itu, di sebuah tempat lainnya, Hasan
masih duduk termangu. Menguntaikan simpul demi simpul makna pertemuannya dengan
seorang gadis beberapa jam yang lalu. Gadis yang bahkan tak ia ketahui namanya.
Mereka memang seringkali berjumpa, namun hanya menundukkan pandang kala tak
sengaja berpapasan jalan. Sikap gadis itu pun masih tak dipahaminya berarti
apa. Semakin dipikirkan, semakin ia hilang akal dibuatnya, gugup tak keruan. Tanpa
disadarinya, tangannya yang sedari tadi menggenggam ponsel tiba-tiba mengetik
kata demi kata. Pikirannya masih mengawang, entah neuron dan transmitter apa
yang membuat jari-jemarinya bisa mengetik secara sempurna, dengan sukses mentransferkan
sebuah kalimat dari hipotalamusnya kepada layar sentuh berukuran 4 inchi di
genggamannya.
Mengapa
kau membelenggu hatimu terlalu dalam? Padahal disini, telah kuseduh secangkir
cinta untukmu...
KEREN kak !!!!! Kadang gue juga berpikir apakah gue udah mencintai Tuhan lebih besar daripada cinta gue ke gebetan . . malah kalo inget gebetan jadi kadang lupa sama Tuhan . . Ya Allah . .
BalasHapuscerbungnya mantap . . next part 3 . .
Jadi ini mesti dilanjutin ke part 3 ya? ._.
HapusMungkin secangkir saja tidak cukup.. Harus sepoci.. Huahahahaaaa.. :D
BalasHapusSegentong aja kak sekalian :)
HapusSegentong terlalu ekstrem. Emangnya sapi gelondongan pas kurban. -_-
HapusKirain kan haha
HapusKirain kan haha
HapusZzzzzz.. -_-
HapusCerbung yang bagus :D bener sih ya pesannya, kenapa kebanyakan kita mencintai sesama lebih besar ketimbang mencintai Allah :'
BalasHapusTuh, kan... Kenapaaa? :(
HapusDuh.... Dalem :3
BalasHapusSayangnya gue nggak paham bahasa anak kedokteran. Huehehe :v
Makanya, ntar lanjut kedokteran aja, Yu :))
Hapusmemang benar ya .sastra itu berat...... tapikeren kok, bagus
BalasHapusJadi, sebenernya, lebih berat sastra atau beban hidup sih? :(
Hapussastra, beban hidup mah gak ada kalau kita menikmati hidup ini tanpa mengeluh
HapusEaaak, semakin hari Muhae semakin bijak :D
Hapusaih keren mbak :)
BalasHapusSaran? Kritik?
Hapuskata-kata dalam kedokteran mungkin bisa diganti dengan kata-kata yang banyak orang pahami,takutnya bingung aja waktu lgi baca, contoh : hipotalamus,Lobus dextra hepar ,aku sempat bingung.
Hapusatau di awal cerita jelasin dulu :D
Eh iya, sebenarnya itu ada kayak catatan kaki-nya gitu, definisi dari istilah-istilah medis yang aku pakai di cerita ini. Tapi ntar-ntaran aja deh aku update ya hehe. Makasiiiih Andrian :)
Hapusajib part 2 nya meluncur ke part 1. biyar gak penasaran.
BalasHapusLobus dextra hepar apa sih? Ulu ati ya? Heheh
BalasHapusBtw, cintanya dikit banget, cuma secangkir. Cintaku aja seluas samudra, setinggi angkasa dan berkecepatan 69 tahun cahaya.
Iya, Reng. Hepar itu hati. Lobus dextra itu lobus kanan. Boleh lah dibilang ulu hati :))
HapusCintamu seluas samudra? Itu pasti dusta, Renggo! Dustaaa!!!
Nonton bioskop aja lo sendirian... huahahaha
Kenapa harus angka 69 Renggo? :))
HapusNah, pertanyaan gue sama kayak Yoga :))
HapusJawab, Renggo! JAWAB!!!
ke part 1 dulu nih, sebaiknya dikasih link buat part 1. xixixi
BalasHapusSudah ada link di atasnya, Mas :)
Hapuskeren dara ..
BalasHapusmiss you :*
Nur!!!! Miss you too, so badly :')
Hapuscerbungnya makin mantap nih mbak,di tunggu cerita selanjutnya :D nanggung ah kalau segini :D
BalasHapusbuya hamka emang top ya dek
BalasHapusTOP BGT kak!
HapusTernyata yang pertama gue udah baca. Hehehe. Ah, agak kurang ini, kurang panjang sama kurang greget. Entah kenapa, lebih enak baca yang pertama. IMHO. :D
BalasHapusTapi keseluruhan suka, ada nasihan di tulisan ini.
Kalo saran gue, mending dilanjutin. :p
*Nasihat* Typo gue. Hahaha.
HapusMakasih loh sarannya, Yog. Gue emang lagi butuh saran yang membangun kayak gini nih :))
HapusLebih baik jujur sama penilaian, kan? :)
HapusYappp. Seratus! :D
HapusEnak bacanya. Sayhdu. Subhanallah. Hebat kamu
BalasHapusSubhanallah. Yang hebat itu Allah :)
HapusPemilihan kalimatnya luar biasa, kisah yang menyedihkan tapi harunya tuh disini, ^.^
BalasHapusKeren, ^.^
Terima kasih, Mas :)
Hapus