Selasa, 20 Juni 2017

Yang Sayang Ponakan, yang Sayang Ponakan


Sebentar lagi lebaran, kan, ya? Nah, buat om tante yang akan segera mudik dan ketemu sama para ponakan, ada satu hal penting yang harus diingat nih, terutama kalau ponakannya masih berusia di bawah 2 tahun.

Seberapapun emesh dan lucu ponakan kamu, kalau main sama mereka jangan sampai berlebihan ya, om tante. Karena cara bermain yang menyebabkan guncangan hebat pada kepala, misalnya dengan diayun atau dilemparkan ke udara bisa menimbulkan akibat yang fatal. Guncangan hebat pada badan juga sama sih, dapat mengakibatkan cedera pada otak karena perubahan posisi kepala terhadap leher yang drastis dan mendadak. Hal ini dapat menyebabkan "shaken baby syndrome".

Shaken baby syndrome tergolong salah satu bentuk kekerasan pada anak, berupa guncangan kepala hebat yang menyebabkan perdarahan retina dan perdarahan otak. Sindrom ini merupakan salah satu penyebab utama kematian dan gangguan saraf pada anak.

Saat bayi atau anak mengalami guncangan yang hebat, otak mengalami perputaran atau pergeseran terhadap aksisnya (batang otak). Hal ini dapat menyebabkan robekan saraf dan pembuluh darah, mengakibatkan kerusakan dan perdarahan otak. Shaken baby syndrome dapat menyebabkan kebutaaan, tuli, gangguan belajar dan gangguan perkembangan. Sindrom yang sangat berat bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, hingga henti napas.

Guncangan yang bersifat ringan ketika bermain bersama anak memang tidak dapat mengakibatkan shaken baby syndrome, tetapi, mengingat dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh sindrom ini, sebaiknya kita melakukan tindakan preventif. Jadi, jangan pernah mengguncangkan bayi atau anak saat bermain ya, om tante :)

Sebenernya, shaken baby syndrome ini lebih sering disebabkan karena tindakan kekerasan yang disengaja pada anak. Bisa dipicu karena si anak menjadi stressor (sering menangis, rewel) ataupun karena masalah psikis yang dialami oleh orang tua dan pengasuh. Jadi, om tante, kalau ponakannya sering nangis, jangan cepat kebawa emosi ya. Mohon, mohon bersabar. Ini ujian, ya. Ujian dari Allah. Mohon ditahan emosi. Mohon ditahan emosinya. Ponakannya jangan diguncang-guncangin ya.

Btw, titip salam yaa buat para ponakan yang imut nan emesh! Siapa tau nanti ponakan kamu jadi ponakan aku juga. Wqwq. Canda~

Ps: Posted from phone,  will edit soon. Xoxo :)



Referensi:
1. American Academy of Pediatrics. Shaken baby syndrome: Rotational cranial injuries—technical report. Pediatrics. 2001;108:206 –10.
2. Canadian Paediatric Society. Joint statement on shaken baby syndrome. Paediatr Child Health 2001;6(9): 663-7. (Reaffirmed Sep 2005)
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Shaken baby syndrome. 2016. Available at www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/shaken-baby-syndrome

Rabu, 14 Juni 2017

Berapa Lama?



Assalamu’alaikum wr wb!
Jadi gimana hasil SBMPTN-nya, duhai dedek-dedek imut nan emesh? Apapun yang tertulis di laman pengumuman milikmu, itulah yang terbaik bagimu. Tetap semangat! Btw ada yang lulus di Fakultas Kedokteran gak nih? Kalau ada, selamat lah ya dek! Selamat terjerumus ke dalam rimba raya perkuliahan, ehehe.

Jadi gini dek, sebelum euforia kalian terkikis sedikit demi sedikit di tahun demi tahun yang bakal kalian tempuh buat jadi dokter nanti, kita bahas dulu lah ya gimana sistem kuliah di kedokteran itu. Biar ada gambaran dikit dek, bakal ngabisin berapa lama buat pendidikan jadi dokter.

Kamis, 01 Juni 2017

Elegi. Lagi-lagi Elegi.


image source

Dara...
Pasien Umi meninggal.

Begitulah dua patah chat dari Umi, teman kuliah saya, yang dikirimkannya kemarin sore. Menceritakan tentang pasien pertamanya yang meninggal dunia, dan betapa hal tersebut membuatnya jadi lumayan “syok”.

Saya tahu bagaimana rasanya mendapati kabar tentang kondisi-kondisi pasien yang makin hari makin mengalami perburukan, lalu berujung pada keberpulangannya menghadap Sang Pencipta. Membuat saya kembali mengingat minggu-minggu awal memasuki kepaniteraan klinik. Tentang bagaimana rasanya, menjadi pembatas antara pasien dan liang lahat. Berada di saat-saat terakhir. Melakukan bantuan hidup sebisa mungkin, walaupun dalam beberapa keadaan, hanya bisa menunggu organ-organ vital pasien benar-benar berhenti bekerja karena pihak keluarga tidak memberikan ijin untuk melakukan pertolongan terakhir.