Minggu, 02 Agustus 2015

Kemanakah Lagi Harus Mencari yang Halal?

Assalamu’alaikum!

Udah pada tahu, kan ya, kalau akhir-akhir ini orang-orang pada ngeributin soal JKN BPJS?
Iya, katanya BPJS haram. Eh, bukan haram juga sih sebenernya. Menurut MUI, sistem BPJS yang ada saat ini masih belum sesuai syariah. Lah, kan kalau belum sesuai syariah, tetep aja gak berkah jadinya… Padahal saya selalu ngompor-ngomporin teman, tetangga, keluarga, dan hampir semua orang yang bisa saya komporin supaya ikut jaminan kesehatan nasional.
Image source: http://halal-or-haram.com

Ini dilematis banget!
Di satu sisi, saya dapat melihat bahwa terjadi banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Misalnya saja, biaya persalinan yang ditanggung, bahkan hingga operasi sectio caesaria selama itu diperlukan sesuai dengan indikasi. Atau contoh lainnya, yaitu cuci darah (hemodialisa) yang tidak dipungut biaya untuk para pasien gagal ginjal. Hadirnya JKN tentu saja mempermudah masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.

Menimbang dari besarnya manfaat yang didapatkan masyarakat, membuat saya kembali merenungkan ijtima’ dari para ulama MUI. Saya sadar, bahwa ada beberapa hal yang salah dalam sistem JKN ini. Dan semua itu tentu saja membutuhkan perbaikan yang nyata. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah, maka harusnya kita perbaiki sitemnya, bukan serta merta “mengharamkan” BPJS. Membunuh tikus tidak harus dengan membakar lumbung, kan?

Statement dari Pak Syafii Antonio, seorang pakar perbankan syariah di Indonesia sungguh menentramkan hati saya. Intinya, beliau mengatakan apabila sistem JKN hendak diperbaiki, maka proses itu tidaklah ribet dan hanya butuh waktu selama 3 bulan saja, atau bahkan bisa lebih cepat daripada itu. Semoga saja Allah memberikan kemudahan bagi para stakeholder untuk memperbaiki sistem yang ada saat ini.

Beberapa hari yang lalu, sempat heboh juga tentang sebuah tulisan yang “mengharamkan” beasiswa LPDP. Well, udah pada tahu LPDP itu apa? LPDP adalah Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Jadi nih, yang dipermasalahkan oleh sang penulis artikel tersebut adalah tentang sumber pembiayaan beasiswa LPDP. Karena menurut sang penulis artikel, pendanaan awal beasiswa ini memang dari APBN, tetapi dana APBN (dana abadi) ini selanjutnya akan diinvestasikan dalam bentuk deposito dan SUN. Sehingga bunga yang didapatkan dan menjadi sumber pembiayaan beasiswa ini tergolong riba. Dalam agama Islam, riba jelas sekali keharamannya.

*narik napas panjang*

Kalau dipikir-pikir, ini dilematis juga sih. Ah, tapi entahlah. Saya masih perlu konsultasi ke banyak pihak yang memiliki kapabilitas dalam bidang syariah seperti ini. Kalau ada teman-teman yang ngerti, plis bimbing saya supaya ngertiiii T_T

Saya kemudian sharing ke Ibu saya mengenai hal ini. Kenapa ke Ibu? Karena Ibu saya sering memotivasi saya agar kelak bisa mendaftar ke program beasiswa LPDP apabila hendak melanjutkan S2 ataupun program spesialisasi dokter (padahal anaknya baru mau masuk semester 5 coba -_-). Jadi gini, Ibu saya punya teman. Nah, temannya ini punya suami. Suaminya itu sekarang sedang melanjutkan S3 di Spanyol dengan beasiswa LPDP. Makanya Ibu saya sering banget menceritakan tentang suami temannya itu ke saya, supaya jadi motivasi.

Saat saya ceritakan ke Ibu saya tentang sumber pendanaan beasiswa LPDP yang berpotensi tergolong riba dan bisa saja menjadi sesuatu yang haram, maka jawaban Ibu saya cukup simpel. Kata beliau, daripada dananya habis dikorupsi, yah mending dikucurin buat beasiswa. Kalau orang korupsi kan malah nambah dosa lagi. Gitu. Ini tanggapan Ibu saya sebenernya gak solutif sih…

Heran deh, ini apanya yang keliru sih sampai-sampai beasiswa LPDP aja punya potensi jadi haram... Ya Allah -_-

***

Dua hari yang lalu, saya mengalami sebuah “kecelakaan dapur”. Maklumlah, anak gadis kalau lagi masak, hehehe. Saat itu saya kecipratan minyak panas. Sesuai teori yang pernah saya dapatkan saat kuliah, apabila kita mengalami luka bakar, maka hal yang harus segera dilakukan adalah diirigasi dengan air mengalir agar menghilangkan penyebab dari luka bakar tersebut. Setelah selesai melakukan irigasi, saya mengoleskan luka bakar tersebut dengan madu.

Alhamdulillah bekas cipratan minyak goreng itu tidak sampai menimbulkan bula (gelembung berisi cairan), tetapi hanya sebatas warna yang belang saja di kulit saya. Hiperpigmentasi.

Melihat kulit anaknya yang jadi belang-belang, Ibu saya menyarankan untuk memberikan salep dengan merk bioplacent*n. Tujuannya agar warna belang yang timbul itu menjadi hilang. Saya yang tidak terlalu ambil pusing dengan warna belang ini hanya bisa menolak dengan halus. Menurut saya, diberi madu saja sudah cukup. Tapi Ibu saya tetap kekeuh menyuruh saya menggunakan salep tersebut. Saya juga tetep kekeuh gak mau pakai salep itu.

Iseng-iseng, saya coba browsing tentang kandungan salep tersebut. Saya baru ngeh, bahwa salep tersebut terbuat dari ekstrak plasenta, sehingga sangat baik dalam regenerasi sel kulit.

PLA-SEN-TA?

Ini halal ya emangnya?
Plasenta atau ari-ari yang digunakan dalam salep ini masih belum jelas berasal dari organisme apa, entah plasenta manusia, sapi, babi, kambing, atau yang lainnya. Sesuatu yang masih belum jelas kan tergolong abu-abu, dan yang abu-abu sebaiknya dihindari.

Ya Allah… Ini gimana sih sebenernya?
Yang halal makin sulit ditemukan?
Atau yang haram makin mudah didapatkan?

Sedih… :(


Eh, ngomong-ngomong, kamu dan aku juga belum halal, kan, ya? :’)


49 komentar:

  1. wa alaikumsalam...
    Maka dari itu manusia diberi kelebihan akal dan fiqiran untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Yang bermanfaat belum tentu baik dan yang baik belum tentu manfaat.

    BalasHapus
  2. Hmm baru kamis kmaren akunoperasi karena kguguran, tp ga sempet ngurus jkn dr darlakuuuhh
    Jadinya habis biaya buanyak hiksss
    Cedih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang tabah, ya, mba. Allah akan berikan ganti yang lebih baik, kok :)

      Hapus
  3. membingungkan ya, aku gak banya sih tentang bpjs, jaadi gak bisa omentar,pokoknya membingungkan lah mui itu

    BalasHapus
  4. gaa ngerti soal BPJS :) tapi, izin nyimak mba :)

    BalasHapus
  5. Wa alaikum salam ukhti.
    Duh masalah ini lagi ya. Kayaknya trending topic everywhere deh :')) Yah mau gimanapun juga, semoga BPJS indonesia kekontrol dan terlaksan dengan baik ya neng.

    BalasHapus
  6. mau jawab pertanyaan yang ini dulu:

    Eh, ngomong-ngomong, kamu dan aku juga belum halal, kan, ya?

    Bisa nggak dihalalin? :)

    yang pasti BPJS banyak manfaatnya untuk saat ini, dg tidak adanya alternatif lain.
    jadi saya anggap halal aja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dihalalin...? :/

      Fatwa MUI yang terbaru, BPJS gak jadi haram :)

      Hapus
  7. Tadi sempet ngira 'halal' di sini nyari suami, haha. Ternyata BPJS, beasiswa sampai plasenta. Eh tapi di akhir ngasih kode juga :/

    Iya sih, bingung juga kalo hal banyak manfaat kayak BPJS difatwa haram :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh... jadi kalimat terakhir itu termasuk kode, ya hahaha

      Hapus
  8. Surabaya, Aktual.com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali menyatakan, bahwa sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang diberlakukan pemerintah terdapat masalah dari sisi syariah. MUI sekaligus menepis bahwa fatwa tersebut sengaja digulirkan untuk kepentingan tertentu.

    “Enggak ada, bisnisnya siapa? Enggak ada. Itu keluar dalam rangka Ijtima Ulama, ada sekitar 700-an Ulama se-Indonesia, masa mereka dimanfaatkan BPJS?” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’aruf Amin di Ponpes Mambaul Maarif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8).

    Tak Sesuai Syariah, BPJS Kesehatan Perlu Diperbaiki

    BalasHapus
  9. Mengapa MUI mengharamkan BPJS? biar ada kerjaan.

    BalasHapus
  10. Jadi pusing sendiri kan bahas ginian Dar
    Mau sehat aja susah di Indonesia
    Yang boleh sakit cuma orang kaya, yang bisa bayar biaya rumah sakit
    Kalo orang miskin dilarang sakit
    #True

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca gini aja jadi pusing, ya, Ki? Pusing kan sakit juga :P

      Hapus
    2. Pusing 7 keliling Dar :D
      Iya yah pusing kan termasuk sakit
      Besok" ga usah dibaca deh biar ga pusing :D

      Hapus
    3. Pusing 7 keliling? Kayak tawaf aja, Ki. Keliling 7 kali xD

      Hapus
  11. Waalaikum salam..

    Memang harusnya sistemnya yang diperbaiki.. mengingat BPJS sangat membantu orang banyak..
    kadang kita gatau apa yang dipake halal atau haram.. karena ada juga oknum-oknum memakai apa saja (ga penting halal/haram) untuk kepentingan ekonominya sendiri.

    BalasHapus
  12. Kita semua sepertinya juga masih menunggu keputusan selanjutnya dari MUI. Berharap keputusan tersebut berubah.Mengingat layanan BPJS adalah layanan yang sangat meringankan masyarakat indonesia, terlebih lagi masyarakat yang berada di kalangan menegah ke bawah.

    Jika memang seandainya prosedur yang telah berjalan tersebut HARAM. Saya mengharapkan pihak MUI memberikan solusi atau merubah serta menunjukkan jalan keluarnya. Agar yang haram itu bisa jadi halal. Karena kalau BPJS tersebut dihilangkan kebayangkan bagaimana nasib rakyat kecil yang hanya menggantungkan biaya pengobatan keluarganya pada layanan BPJS ini ?
    Kalau dihilangkan secara menyeluruh, pasti akan merombak habis lagi semua yang berkaitan dengan BPJS ini, mulai dari Istansinya, orang2 yang bekerja di layanan tersebut. Dan hal ini tentu akan merugikan banyak pihak, tidak hanya pihak konsumen saja lagi...

    BalasHapus
  13. Waah iya Dar, ini jadi trending topic banget akhir2 ini. Duuh, semoga sistem JKN cepat diperbaiki dan sesuai dgn syariah yaa.

    Eeh aku baru tau kalo bioplacent*n itu terbuat dr ekstrak plasenta Dar.. :( tapi plasenta apa dulu ini yaa

    Kalimat penutupnya gak kuad qaqaaaaa ~~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, iya. Bioplacent*n itu masih belum jelas dari plasenta apa...

      Kalimat penutup yang mana, Lan? Kok aku gak kebaca, ya? :p

      Hapus
  14. sepertinya si penulis ingin cepat2 ada yg menghalalkan *hihihi
    halal itu mudah,selama tidak mencuri kesempatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. *ingin cepat2 ada yg menghalalkan* hahaha

      Ngapain mencuri kesempatan? Mendingan mencuri yang lain, bang :D

      Hapus
  15. Saya juga jadi galau soal BPJS itu :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan galau lagi... BPJS gak jadi haram, kok :)

      Hapus
  16. iya itu lagi hitz si bpjs yang diharamkan .. kok diharamkan yaa -_- membingungkan itu mui :D

    BalasHapus
  17. Tetep aja ujungnya soal aku dan kamu yang belum halal. Huwahaha. :)))

    Ya, begitulah Indonesia. Selalu ada masalah yang aneh-aneh. Terkadang masalah-masalah emang diciptakan untuk pengalihan isu. Biasanya, sih. XD

    Entahlah. Belum pernah pake BPJS juga gue.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.

      Bukan biasanya, Yog. Tapi "seringkali".

      BPJS gak jadi haram, nih. Daftar aja sekeluarga :)

      Hapus
  18. "Membunuh tikus tidak harus dengan membakar lumbung, kan?"
    ini bener banget. Tapi di rumah saya banyak tikus, susah dibasmi :( #salahfokus

    Dikit-dikit di haram-haramin, kan kasian :(
    nah iya, betul di sistemnya. kan mau fasilitas sebagus apa juga kalo sistemnya kacrut ya yowis, ancur. kasian nama PJS jadi jelek, padahal kegunaannya banyak banget :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggg... itu... beli aja permen tikus :/

      Harus ada pemulihan nama baik, ya kan, Mas?

      Hapus
  19. setuju nih ra, sama "yang abu-abu harus di hindari" roti juga kalau udah jadi warna abu-abu kan harus dihindari, takut haram, kayak bpjs yang diberitakan haram. haha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Roti warna abu-abu itu gimana? Udah jamuran, gitu?
      Kalau iya, mestinya emang dihindari. Gak baik buat kesehatan. Sama kayak rokok. Haha

      Hapus
    2. masih aja bahas rokok -__-"
      udah berenti ko ra, tapi pas tidur doang :v

      Hapus
  20. Yg nulis udah ada yg mengHalalkan belum ya ?? :p

    BalasHapus
  21. Berari secara gak langsung Pak Antonio yang jelas-jelas pakar ekonomi syariah, menyatakan BPJS itu kurang halal.

    BalasHapus
  22. Masya Allah, sy kagum dengan mbak yang masih memikirkan hal seperti ini.

    Untuk riba, dunia sekarang setiap individu sangat bisa bertemu dengan riba. (Apalagi di Indonesia). Entah itu karena perilaku orangtuanya, atau bahkan org itu sendiri yang tdk tahu menahu ttg riba. Padahal kan Allah tdk menyukai orang2 yang tdk ingin mencari tahu.
    .
    Produk halal pun begitu, skrg ghozwul fikri begitu hebat melanda umat islam. Apa saja dilakukan untuk menghancurkannya.
    .
    Untuk yang keragu2an itu sy setuju. Syubhat itu lebih baik ditinggalkan.

    BalasHapus