Rabu, 10 Juni 2015

Apakah Memang Se-Tabu Itu?

Image Source
Assalamu’alaikum!

Temen-temen sekalian udah pada tahu singkatan dari ASI belum sih? Apa? Air Susu Ibu? Yak, anda kurang beruntung. Jawabannya masih belum tepat. Yuk ditebak lagi. Eh? Apa? Aku Sayang Ia? Bukan, bukan yang itu juga. Kalau ngebahas sayang-sayangan mah ntar pada baper semua jadinya :’)

Kali ini, kita akan ngebahas tentang ASI yang merupakan singkatan dari Asosiasi Seksologi Indonesia. Sebenernya, bukan mau ngebahas tentang ASI-nya juga sih. Yang akan dibahas kali ini adalah tentang turunan dari ASI, yaitu sebuah komunitas beranggotakan pemuda pemudi mesum yang peduli terhadap isu kesehatan seksual. Komunitas ini dinamakan Borneo Sexual Health Community atau yang lazim disebut sebagai BSHC.

Nah, jadiiiii… BSHC itu statusnya masih sebagai komunitas rintisan gitu, anggotanya baru ada beberapa orang. Kalau di ASI itu kan isinya para seksolog dari kalangan professional seperti dokter, psikolog, dsb, maka di BSHC itu isinya yang masih muda-muda, yang masih berstatus sebagai mahasiswa.

Jujur, pada awalnya saya tidak menyangka akan bergabung dalam komunitas seperti ini, sebuah komunitas yang akan banyak berinteraksi dengan hal yang umumnya dianggap tabu oleh masyarakat. Saya jadi ingat bagaimana dulu, saat kami masih berada di semester 1. Jika kami tanpa sengaja membuka halaman pertama atlas anatomi yang menampilkan gambar fullbody, maka kami akan buru-buru menutup buku tersebut, kemudian ber-istighfar banyak-banyak. Padahal kan mau belajar anatomi, ya pasti harus lah ngeliat-liat gambar begituan… Tapi karena dulu kami merasa asing dengan gambar tersebut, maka seperti itulah. Bahkan ada seorang teman yang akan teriak histeris kalau ngeliat gambar-gambar begitu. Yah, tapi itu dulu… Sekarang udah gak begitu lagi sih :v

Oke, balik lagi ke BSHC. Selama bergabung di BSHC, ada banyak sekali manfaat yang saya rasakan. Dan bagi saya, manfaat yang paling besar adalah bisa mendapatkan banyak sekali ilmu pengetahuan baru. Jadi gini, kalau ASI ngadain seminar, kita-kita dari BSHC akan diminta untuk jadi panitianya. Jadi ya secara gak langsung bisa ikutan seminar gratis gituh~

Satu diantara sekian banyak ilmu yang bisa menarik atensi saya sepenuhnya adalah tentang psikologi anak. Bayangkan aja, betapa susahnya memberikan pendidikan seksual kepada anak-anak. Sesama orang dewasa aja kadang-kadang masih ngerasa canggung kalau ngomongin masalah beginian, nah ini harus memberikan edukasi ke anak-anak. Kan ribet.

Parahnya, hal-hal yang dianggap tabu seperti pendidikan seksual bagi anak ini seringkali diabaikan oleh orang tua, padahal sangat penting untuk disampaikan kepada mereka. Agar anak paham, sehingga tidak menjadi terlalu polos dan malah menjadi korban pelecehan karena mereka tidak mengetahui tentang apa yang seharusnya mereka jaga. Nah, disinilah fungsi penting psikologi anak. Orang tua harus menguasai konsep-konsep pendidikan seksual bagi anaknya. Contohnya aja, pada umur berapa si anak sudah harus mulai dikenalkan terhadap alat reproduksi mereka; bagaimana menjelaskan bahwa ada perbedaan alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan; menceritakan kepada mereka bahwa kelak, ada saatnya mereka akan mengalami masa pubertas; perubahan apa saja yang akan terjadi jika mereka mengalami pubertas, dan sebagainya.

Yang terpenting dan harus diedukasi secara dini kepada anak adalah menjelaskan bahwa anak memiliki daerah privasi yang tidak boleh disentuh oleh siapapun, bahkan kedua orang tua mereka (orang tua harus meminta izin kepada anak terlebih dahulu). Tunjukkan kepada anak dimana saja letak-letak daerah privasi yang ada di tubuh mereka. Jelaskan pada anak bahwa mereka memiliki hak terhadap daerah privasi mereka itu. Dan ajarkan agar anak bercerita kepada orang tua apabila ada yang mengganggu daerah privasi mereka, sehingga mereka bisa memproteksi diri mereka sendiri.

Salah seorang dosen kami, seorang dokter spesialis anak pernah menceritakan pengalamannya. Saat itu, beliau ditunjuk sebagai saksi ahli dalam sebuah kasus dugaan pemerkosaan terhadap anak. Si anak ini tidak pernah mau menceritakan kejadian yang dialaminya kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuanya. Tetapi si Ibu dari anak ini curiga dengan keluhan anaknya itu. Pokoknya, ada yang aneh dari anaknya. Maka, dibawalah anaknya ini ke dosen kami. Setelah digunakan berbagai macam trik untuk membujuk si anak, maka akhirnya si anak ini menceritakan apa yang telah dialaminya kepada dosen kami. Terkuaklah fakta bahwa pelaku pemerkosaannya adalah tetangganya sendiri, dan ternyata sudah banyak menjatuhkan korban (semua korban adalah anak-anak). Agar para korban ini mau melakukan hal tidak senonoh tersebut, maka mereka diiming-imingi dengan fasilitas nonton kartun di rumah si pelaku. Pertanyaanya, kenapa para korban ini mau-mau aja? Alasannya tak lain karena mereka tinggal di kampung, dimana yang memiliki televisi hanyalah si pelaku ini. Pun, si anak tidak pernah mendapatkan pendidikan seksual yang memadai, sehingga tidak mengetahui bahwa hal-hal seperti itu tidak seharusnya dilakukan. Pelaku pun mengancam kepada para korban agar tidak menceritakan kejadian ini kepada siapapun.

 Lalu, kenapa si anak tadi mau menceritakan kejadiannya kepada dosen kami? Yak, intinya ada di cara komunikasi. Kita harus membentuk zona “friend” dengan si anak, kemudian menggunakan bahasa yang mereka pahami. Sehingga, ketika si anak sudah percaya bahwa kita adalah temannya, maka mereka akan mudah menuangkan segala perasaannya kepada kita.

Cara komunikasi terhadap anak-anak memang terkadang membingungkan. Terkadang, kita ingin menjelaskan sesuatu yang rasanya sulit untuk mereka pahami, sehingga kita sebagai orang dewasa cenderung tidak memberi tahu pada mereka tentang makna sebenarnya yang ada.

Dulu, saat kecil, saya yakin bahwa saya termasuk dalam golongan anak kecil yang nyebelin. Saya suka bertanya tentang apapun terhadap orang-orang yang saya jumpai. Pernah suatu ketika, saya diajak kakak sepupu saya ke minimarket. Saat itu, kakak sepupu saya membeli pembalut. Karena merasa baru pertama kali melihat barang seperti itu, maka saya menanyakan ihwal barang itu. Dan kakak sepupu saya menjawab bahwa itu adalah “kue sejenis roti”. Sesampainya di rumah, saya malah bingung sendiri kenapa “kue sejenis roti” itu gak dimakan-makan.

Pernah pula dulu, saat saya duduk di bangku SD, mungkin sekitar kelas satu atau kelas dua.  Guru agama kami menjelaskan bahwa seorang laki-laki dinyatakan baligh apabila telah mengalami mimpi basah. Karena saya merasa baru mendengar kata “mimpi basah”, maka saya pun bertanya kepada guru saya arti dari kata tersebut. Maksudnya, mimpi basah itu mimpi yang kayak gimana sih? Maka, guru saya pun menjawab bahwa mimpi basah itu adalah “mimpi bertemu bidadari”. Saat itu, dengan pemahaman yang terbatas, saya merasa fine-fine aja dengan jawaban guru saya itu. Setelah dewasa dan mulai paham, saya baru sadar betapa sadisnya saya yang nanyain hal begituan ke guru saya yang laki-laki. Ya pasti susah lah ngejelasinnya ke anak perempuan yang masih belum cukup umur, makanya beliau menjawab dengan bahasa kiasan seperti itu.

***

Dari hari ke hari, saya kian resah terhadap pemberitaan-pemberitaan di media tentang betapa parahnya kondisi anak-anak di negeri ini. Dari yang kena pelecehan lah, yang ini lah, yang itu lah, pokoknya selalu bikin geleng-geleng kepala. Dan yang semakin memprihatinkan, banyak “orang-orang dewasa” yang nge-share berita-berita tersebut dengan komen yang enggak-enggak. Hobi banget nyalahin orang lain. Padahal, ya, sebaiknya kita introspeksi diri sendiri, apakah memang kita sudah benar dalam mengedukasi anak-anak yang ada di sekitar kita? Jangan-jangan, mereka jadi begitu karena kita yang lalai. Jangan-jangan, mereka jadi begitu karena kita yang terlalu sibuk sama diri sendiri. Jangan-jangan, mereka jadi begitu karena kita sibuuuuuk banget memperdebatkan hal-hal kecil yang kurang berguna, padahal di depan mata kita telah tersaji beragam masalah besar.

Akhir kata, buat para calon bapak, calon ibu, bapak-bapak, ibu-ibu, semua yang ada disiniiiii~

Yuk, kita sama-sama belajar :) Karena membentuk generasi muda yang cemerlang adalah tanggung jawab kita bersama. Hammasah!!!

26 komentar:

  1. sekarang kamu udah tau apa itu mimpi basah, ra. jadi kamu gakan nanya pertanyaan yang sama ke dosen kamu. hahaaha
    jadi, mendidik anak tentang seksual harus semenjak dini, gitu ya dok ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakali nanyain ke dosen. Polos amat hahaha.
      Yap, begitu bang. Disesuaikan dengan tingkat pemahaman si anak juga :)

      Hapus
    2. saya kira sepolos itu kamu, ra. hahaha
      tapi kadang saya takut kalau ada orang tua yang jelasin itu ke anaknya, saya ngira kalau itu belum pantas buat didenger si anak malah -__-

      Hapus
    3. Kata guruku, orang polos itu beda-beda tipis sama orang bego. Makanya aku gak mau jadi orang yang polos haha.

      Itulah gunanya orang tua buat memahami psikologi anak, bang. Jadi orang tua bisa menyesuaikan apa yang akan diajarkan ke anaknya berdasarkan kemampuan anak menangkap dan mengolah informasi. Kesannya emang ribet gitu sih :/

      Hapus
  2. Bener Ra. Memang udah harusnya anak2 dijelaskan dengan hal2 yg kayak gitu. Zaman skrg hal yg kyk gitu rasanya udah ak tabu lagi untuk di bicarakan ke anak2 tapi tetap dengan konsep penyampaian yang bsa diterima oleh si anak. Kan tujuannya untuk diri anak itu sendiri.

    Hahaa mimpi basah = mimpi ketemu bidadari
    lucu ra.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip sip sip. Setuju deh sama kamu, kak :)

      Aku juga masih gak habis pikir, kenapa pas SD bisa tega nanyain itu ke guru :D

      Hapus
  3. Ini penting nih bagi anak-anak yang beranjak baligh :) karena mereka jadi tahu tentang seksologi.

    Alhamdulillah udah ngerti sendiri, dan sampe kapan pun akan ngerti hehehe :D

    Mimpi basah, iya sih ketemu bidadari. Tapi kudu cepat bangun dari biasanya wkwkw iykwim. Pengalaman anak cowok :D

    BalasHapus
  4. Setuju mba, pendidikan Seks perlu ditanamkan sedini mungkin untuk mencegah pelcehan seksual terhadap anak-anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di Jepang, pendidikan seks buat anaknya gimana ya Kai? Pernah baca dikit, itupun udah lumayan lama. Kalau tahu, bagi infonya dong :))

      Hapus
  5. Baru tau saya mba Pembalut itu kue sejenis roti :D

    BalasHapus
  6. wah mbak keren tuh BSHC, kayanya saya tertarik mengikuti komunitas sejenis itu

    BalasHapus
  7. Kakak sepupuku juga jawab "Roti" waktu aku tanyain itu apaan. :x

    Tiap orangtua sebenarnya mau menjelaskan tentang seks pada anaknya, namun banyak orangtua belom tahu cara memberitahunya *aku juga belom tahu sih*. lalu menimbulkan kekhawatiran sebaliknya, "entar kalo anakku malah begini begini bagaimana?", di sekolah pun tidak ada pelajaran tentang hal ini.

    Berarti orangtuanya mesti diedukasi lebih dulu. Gitu kah, Dar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa wa wa... Jangan-jangan kakak sepupu kita samaan :/

      Tul itu bang, tul. Orang tua memang harus "ter-edukasi" lebih dahulu. Kalau mau dapat gelar S1 aja harus belajar mati-matian, masa belajar buat mendidik anak cuma sekedarnya aja. Padahal kan baik buruknya generasi mendatang itu tergantung dari yang sekarang jadi orang tua dan para calon orang tua. Gih sana belajar banyak-banyak~

      Di sekolah sih palingan diajarin pelajaran biologi bab sistem reproduksi itu kan ya... Tapi siswanya pada heboh sendiri, pada protes kenapa materi itu gak ada prakteknya. Harusnya mereka yang pada protes itu masuk FK. Disini ada praktikum tentang materi begituan.

      Hapus
    2. #InfoLoker RT@daraagusti: Harusnya mereka yang pada protes itu masuk FK. Disini ada praktikum tentang materi begituan.


      kalo nyari istri orang seksologi aja begimana? xD *macam lah jodoh bisa direquest semau ati*

      Hapus
    3. Lah, malah dikasi hestek begitu -_-

      Selama yang mau dijadiin istri mau sama kamu sih gapapa, bang. Sah-sah aja kok :p

      Hapus
  8. iyaa jawabnya bingung lah mimpi basah kaya gimana hahaha ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi kan aku juga penasaran sebenernya mimpi basah itu kaya gimana hahaha.

      Hapus
  9. sampai saat ini juga saya sering bilang kue rasa roti ke tukang penjual nya biar tidak terlalu malu juga :) :D hihi
    di zaman sekarang perlu tuh pendidikan seks sedini mungkin agar nanti si anak kalau sudah dewasa tau apa arti seks dan tidak melakukannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu penjualnya ngerti? Kalau aku yang jadi penjual, pasti beneran aku kasi roti ke kamu :D

      Bukan "tidak melakukannya" juga sih, tapi melakukannya ketika sudah diperbolehkan agama dan negara :))

      Hapus
  10. Singkatan nama komunitasnya kayak nama bank, ya? Heheh.
    Sepakat, pendidikan seks di usia dini perlu banget kalo liat betapa memprihatinkannya kondisi anak-anak jaman sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama bank...? Dasar lelaki, yang ada di pikirannya duit aja terus! Hih!

      Hapus