Senin, 25 Mei 2015

Modul Kardiovaskuler: Sebuah Refleksi

Sabtu malam. Di dapur. Lagi ngulek sambel. Memasang raut cemberut. Berujar.

“Pak, masa besok ade jadwal kuliah… Padahal kan hari Minggu…”

“Iye, ndak ape-ape lah…”

“Trus, minggu depan nanti, jadwal ujian malah di hari Minggu juga…”

“Bagus tuh… Seharusnye emang gitu. Hari Sabtu Minggu tuh ndak usah diliburkan. Biar kuliahnye cepat selesai.”

“Tapi kan…”

“Udah… Nanti kan yang nikmatin hasilnye diri sendiri juga… bukan orang lain…”

Terdiam. Tertunduk. Ngulek sambel lagi.

Sebenarnya, bukan hendak mengeluh. Hanya sedikit gundah yang enggan pergi. Jika boleh jujur, inginnya berdiam diri di rumah saja, menghabiskan waktu libur bersama mereka yang tercinta. Inginnya sih begitu. Tapi belum rejeki.

***

Baru saja melewati Modul Kardiovaskuler, mempelajari tentang organ paling vital bagi manusia. Organ yang hanya berukuran sekepalan tanganmu, tapi fungsinya begitu kompleks, memastikan agar setiap mili dari sistem tubuhmu mendapatkan pasokan oksigen melalui darah yang dipompakannya. Iya, mempelajari tentang jantung.

Belajar disini, dari hari ke hari semakin membuat saya sadar, bahwa sedang melakukan apa yang disebut dengan hablumminannaas (mengenal manusia). Mempelajari, bagaimana proses penciptaan diri terjadi. Mengetahui, bahwa segala yang diciptakan-Nya memanglah begitu sempurna. Bagaimana Ia telah mengatur agar jantung terbentuk di minggu ketiga janin, kemudian membuatnya menjadi “terpelintir”, karena memang akan berfungsi sempurna apabila tercipta seperti itu. Bagaimana Ia membuka sebuah saluran yang kami sebut sebagai foramen ovale saat diri masih berada di dalam rahim Ibu, tapi lantas menutup saluran tersebut ketika tangis pertama diri mulai terdengar. Mengetahui hal-hal seperti itu, rasanya seperti mengetahui rahasia langit. Apalagi yang bisa dilakukan selain mendidik hati agar senantiasa bersyukur, lalu merasa bahagia?

***

Belajar di modul ini juga membuat saya semakin sadar, bahwa kita tak boleh memvonis seseorang secara sembarangan. Walaupun fakta-fakta yang ada memang mengarah kepada hal tersebut. Di modul ini, kami belajar tentang EKG (elektrokardiogram), satu diantara sekian banyak pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pada penyakit jantung. Pada beberapa kasus, gambaran EKG akan menunjukkan gelombang yang abnormal, sebut saja gelombang ST elevasi, T inversi, dan sebagainya.

Pada saat praktikum keterampilan pemasangan EKG, saya menjadikan Yohanes sebagai kelinci percobaan. Memasangkan alat EKG padanya, kemudian merekam dan mencetak hasil pemeriksaan. Saat saya mencoba membaca hasil pemeriksaan tersebut, saya dibuatnya bingung seketika. Gambaran gelombang yang tidak normal muncul di kertas pemeriksaan. Gelombang yang khas pada penyakit jantung koroner, yaitu gelombang T inversi.

Hasil EKG Yohanes (yang sering ngaku) ganteng

Glek.

Semuda dan sesehat itu, apakah mungkin mengidap penyakit jantung koroner? Batin saya berontak. Tidak mungkin, pasti terjadi kesalahan. Lantas saya menanyakan kepada teman-teman lainnya, memastikan apakah hasil yang saya baca itu benar. Apakah itu memang gelombang T inversi ataukah bukan. Malangnya, semua teman saya sepakat bahwa gelombang itu memanglah inversi pada gelombang T. Mereka meyakinkan saya bahwa saya tidak keliru. Entahlah, ini namanya berkah atau bencana.

Saya kembali mengingat-ingat buku yang saya baca. Memastikan kembali apakah memang benar teorinya seperti itu.

Malang memang tak dapat ditepis.

Penyakit jantung tersebut memang akan menunjukkan gelombang T inversi pada hasil EKG. Tapi saya masih tak percaya. Pusat kendali kesadaran saya masih tak bisa menerima fakta ini secara sepenuhnya. Saya lanjutkan kembali membaca paragraf demi paragraf yang tertera di bawah. Syukurlah, akhirnya saya mendapatkan penjelasan bahwa gambaran abnormal berupa inversi pada gelombang T tersebut bukan hanya akan terjadi pada kasus penyakit jantung, tetapi lazim pula terjadi pada anak muda, khususnya para atlet.

***

Sekarang, mari membayangkan sebuah kasus.

Kamu sedang berada di Instalasi Gawat Darurat sebuah rumah sakit. Di hadapanmu, baru saja seorang bapak-bapak datang karena mengalami serangan jantung. Dokter pun segera menangani pasien yang baru datang tersebut. Kamu melihat, dengan mata kepalamu sendiri, bahwa dokter memukul-mukul bagian dada bapak itu. Tak lama kemudian, bapak itu dinyatakan meninggal.

Sekarang, kamu bisa menyimpulkan dari dua sisi. Apakah bapak tersebut meninggal karena “dipukul” oleh dokter yang menanganinya, ataukah dokter tersebut sedang melakukan pertolongan kepada bapak itu melalui tindakan “pemukulan” tersebut?

Sebab, ada penyakit jantung yang memiliki golden period kurang dari 30 detik. Artinya, dalam 30 detik tersebut, seorang dokter harus segera melakukan pertolongan kepada pasien. Kesannya seperti berperang melawan Izrail. Menggunakan setiap kesempatan yang ada, memanfaatkan setiap celah yang tersisa, untuk menyelamatkan nyawa pasien. Walau pada akhirnya, takdir tetaplah merupakan hak prerogatif dari Sang Pemberi Kehidupan.

Seorang dokter, seringkali harus berpacu dengan waktu. Sayangnya, tidak semua rumah sakit di negeri ini memiliki peralatan yang lengkap untuk melakukan suatu tindakan. Maka, “pemukulan” yang dilakukan oleh dokter itu pada dasarnya adalah untuk menggantikan fungsi dari alat kejut jantung yang sering kamu tonton di televisi itu.

Karena sejatinya, baik dan buruknya tindakan seseorang tidak bisa kamu nilai melalui apa yang kamu pahami saja. Setiap orang memiliki alasan, setiap orang memiliki niat atas setiap tindakan yang dilakukannya. Manusia memang tidak mungkin menakar niat manusia lainnya. Manusia hanya dapat melihat dan melakukan penilaian dari apa yang dipahaminya sebagai sesuatu yang baik dan buruk. Sekali lagi, saya katakan “baik dan buruk” disini, bukan tentang “benar dan salah”. Misalnya korupsi, apapun alasannya dilakukan, tetaplah merupakan suatu perbuatan yang salah.


Dan, karena alasan-alasan njlimet itulah, saya seringkali pusing saat mempelajari bioetika kedokteran. Sebab setiap tindakan yang dilakukan harus ditinjau dari banyak sekali sisi. Menyesuaikannya dengan kaidah bioetik, dengan kode etik, dengan hukum-hukum yang berlaku. Pusing memang, tapi selalu menyenangkan.


Lintang nol derajat, hari pertama modul respirasi.

45 komentar:

  1. Duhhh . . gue berurusan sama darah aja udah bikin gue keringet dingin . . apalagi harus sampe ngulik2 jantung gitu . . keren dehh . . calon dokter nihh . .

    Eh ya, masuk angin duduk itu termasuk penyakit jantung gak sih, soalnya banyak orang2 deket gue kek tetangga gitu, meninggal gara2 masuk angin duduk . . ??
    Gejalanya masuk angiin biasa, tapi tiba2 meninggal gitu . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku ngulik-ngulik jantung juga sampai nangis, kok, Ka. Gak tahan sama formalin-nya. Praktikum anatomi sampai berderai air mata deh hehe.

      Nah, gini. Angin duduk itu jangan diartikan sebagai masuk angin, Ka. Kalau di medis, yang biasanya orang-orang sebut sebagai angin duduk itu sebenernya namanya angina pektoris. Itu tuh semacam "jeritan" otot jantung yang merupakan sakit dada kekurangan oksigen. Pokoknya terjadi karena kebutuhan oksigen yang diperlukan sama otot-otot jantung itu tidak berhasil dipenuhi. Jadi, jantung gak bisa berfungsi dengan baik. Jantung jadi gak bisa mempompa darah yang cukup ke seluruh tubuh. Makanya bahaya banget, bisa menyebabkan kematian.

      Eh ini yang aku jelasin, kamu ngerti, kan? :D

      Hapus
    2. Duh kalo bukan orang medis mah salah persepsi mulu . . mereka nganggepnya ya masuk angin, udah.
      Ada yang kena angin duduk tiba2 gitu, biasanya sih mereka kecapek'an atau baru pulang perjalanan jauh, trus minta "dikerokin" (Biasa orang jawa kalo masuk angin obatnya kerokan)
      Bener sih agak enakan badan saat itu juga, tapi besoknya udah nggak ada . .

      Sering banget gue nemuin tetangga bahkann orang2 deket gue kena gituan . .

      Jadi takut, kalo tiba2 ngerasa masuk angin tiba2 gitu . . hiihhh

      Hapus
    3. Oh ya dar, tanya lagi . . hehee . .

      Apa sih gejala yang ngebedain antara masuk angin biasa dan masuk angin duduk itu ..
      Tanda2 yang jelas ngebedain banget, bukan dari sudut pandang kedokteran, tapi dari sudut pandang orang awam . . ??

      Hahaa . . sori kepo gini, soalnya ni udah banyak makan korban banget . . :'(

      Hapus
    4. Kamu bawa DHK gak, Ka? Kayak kuliah aja ini jadinya haha.
      Aku coba jawab sepengetahuan aku aja, ya. Lebih lanjutnya mungkin bisa ditanyain ke dokter atau rumah sakit terdekat, huehehehe.

      Jadi gini, kita harus samain persepsi dulu. Yang biasanya dianggap orang-orang sebagai masuk angin itu yang gejalanya kayak begah, mual, sesak, nyeri, dsb gitu kan ya?

      Nah, kalau mau lihat dari gejala, untuk penyakit jantung itu yang khas nyeri dada-nya, Ka. Rasa nyeri itu bersumber dari jantung (rongga dada agak ke kiri), biasanya bisa menjalar sampai ke rahang, lengan kiri, punggung, ataupun ke daerah perut. Sering juga disertai sesak, Ka. Karena oksigen ke jantungnya kurang, kayak yang aku jelasin sebelumnya. Itu sih yang khas kalau untuk jantung. Kalau mau memastikan, kamu tanya aja, rasa nyeri itu disebelah mana. Kalau orangnya bisa menunjukkan sumber nyerinya secara spesifik, (misalnya sambil nunjukin jari ke satu lokasi di dada, kemudian berujar: sakitnya disini), nah itu bukan disebabkan oleh jantung. Orang yang sakit jantung kurang bisa mendeskripsikan sumber rasa nyerinya dimana. Orang yang nyeri karena jantung gak akan bisa menunjukkan satu titik sumber rasa nyerinya. Biasanya dia akan bilang, "pokoknya sakit lah", tanpa bisa menunjukkan satu titik tertentu.

      Nah, itu dulu. Udah cukup atau mau nambah lagi?
      Kabarin aja yaaaa :D

      Hapus
    5. Ohh bedanya disitu toh . . gue kadang juga suka sesek kalo abis perjalanan jauh naek motor gitu, tapi kalo ditanya seseknya bagian mana, gue masih bisa ngrasain dimana yang sesek itu . . kayaknya sih cuma masuk angin biasa, buktinya dikerokin masih sehat . . Allhamdullillah . .

      Wahh mumpung masih belum jadi dokter, jadi konsultasinya masih gratis . . bisa nih ntar tanya2 lagi . .
      Untuk masalah ini cukup dulu calon ibu calon dokter . . :D

      Hapus
    6. Ka, tapi kata kamu banyak orang terdekat kamu yang kena "angin duduk" kan ya? Itu tandanya kamu harus lebih waspada, jaga kesehatan hehehe :))

      Siapa bilang ini konsultasi gratisan? Tolong ditransfer uangnya ke rekening saya a.n. Dara Agusti Maulidya, Bank Krut, 023010xxx.

      Belum jadi dokter, ataupun nanti udah jadi dokter, sama aja, Ka. Untuk teman sendiri, apa sih yang enggak? :D

      Hapus
    7. Ihhh perhatian banget deh kamu . . kayak mama ku . . *Lohh

      O disini nggak ada Bank Krut dar .. adanya Bang Kay . . :D

      Screenshot ahhh . . ntar kalo sakit, ke tempatmu lahhh .. buka cabang di sini juga yaaaa . .

      Hapus
    8. Aku kan juga ditakdirkan untuk jadi emak-emak nantinya, makanya mulai belajar perhatian sama orang dari sekarang :p

      Yah, aku gak punya rekening Bank Kay nih. Jadi gimana? Transfer antar bank bisa gak?

      Loh, kok kamu ngomongnya "ntar kalo sakit" sih, Ka? Jangan gitu dong, aku doain semoga sehat selalu. Jadi ntar kalo periksa sama aku bukan gara-gara sakit, tapi cuma mau medical check up rutin aja :))

      Hapus
  2. Samgel apanih?
    bawang, tomat, pa terasi *maap ini pertanyanaan gagalfokus mentang2 kupuhya pipi gembul

    Waduuu klo ku jd kamu, rasanya ga rela minggu2 pergi kul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sambel terasi, Mba :D
      Dikasi irisan mangga muda juga di sambelnya, soalnya lagi musim mangga muda disini, huehehe. Yuk, kapan-kapan kita tukeran resep, Mba. Kalau bisa ketemu sih pengen masak-masak bareng Mba Nita ^_^

      Walaupun gak rela, tapi tetep harus dilakukan Mba. Gapapa kuliah hari Minggu. Tetep enak kok *pembelaan*

      Hapus
  3. Jadi jantung koroner bisa menyerang bahkan di usia yang masih muda?
    Itu Yohanes jadinya piye?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Bang Renggo harus remidial dulu nih.

      Itu Yohanes bukan kena penyakit jantung koroner. Tapi hasil elektrokardiogram yang inversi gelombang T itu, selain akan terjadi pada orang dengan penyakit jantung koroner, juga bisa terjadi pada anak muda dan atlet. Nah, si Yohanes ini rajin olahraga. Anggap aja dia atlet. Makanya di gambaran EKG dia bisa mirip sama gambaran EKG orang yang sakit jantung koroner :))

      Hapus
  4. Semangat mba, meski hari minggu harus masuk kuliah.
    bersakit-sakit dahulu, bersenang" kemudian ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Om/Tante Obat Herbal :)) Gimana dagangannya, laku?
      Anyway, makasi ya udah nyemangatin :D

      Hapus
  5. Gak papa dong hari minggu kuliah yang penting di akhir nanti hasilnya memuaskan dan mendapatkan prestasi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Om. Aamiin.
      Ngomong-ngomong, itu bejolan di kaki kena penyakit apaan, Om?

      Hapus
  6. Kalimat "Takdir tetaplah merupakan hak prerogatif dari Sang Pemberi Kehidupan" di postingan ini ngingatin aku sama Mamah Dedeh, Dar.

    Sepusing-pusing kita mempelajari satu hal, tapi kalau kita suka sama hal itu, pasti jadinya menyenangkan ya. Justru kalau gak ada pusing-pusingnya, jadi datar aja, ngebosenin. Iya gak, Bu Cader? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah kenapa malah inget Mamah Dedeh, Cha? -_-

      Iya, gak apa-apa kok. Berpusing-pusing ke hulu, berenang-renang ke tepian. Jomblo-jomblo aja dulu, ntar nyari jodohnya kemudian. *gagal fokus*

      Hapus
  7. tetap semangat mbaakkk, meskipu gak bisa nikmatin hari lubur v kan tetap bermanfaat...

    :D

    BalasHapus
  8. Jantung koroner beda yah sama serangan jantung?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bedaaaa :)
      Penyakit jantung koroner itu nama penyakitnya. Nah, kalo serangan jantung itu merupakan manifestasi klinis (gejala) :))

      Hapus
    2. Pusing mba, bukan ahlinya @_@
      ambil intinya deh. sama" penyakit yang menyerang jantung :D

      Hapus
    3. Ng... Iya deh, iya. Terserah kamu aja gimana baiknya :)

      Hapus
  9. Yang jadi sorotanku tentang bapak-bapak yang 'dipukul' oleh dokter bukan penyebab kematiannya, tapi pepatahnya. dia bersakit-sakit dahulu, meninggal kemudian. :(

    Aku gak tahu ya kode etik kedokteran. Tapi jika dokter bertemu pasien sekarat yang belum membayar administrasi, apakah etikanya mesti ditolong dulu, atau menunggu selesai administrasi.

    *nanya gini biar kalo nonton sinetron, tau mesti kesel ama dokternya atau kesel ama yang bikin ceritanya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesukamu aja gimana lah, Bang. Inget sama pepatah kek, apaan kek, terserah.

      Ya ampun, ngasi kasus etik pula...
      Oke, oke. Coba jawab dulu.

      Disini digunakan diksi "pasien sekarat", nah setahuku kalau sekarat itu yang penting ditolong dulu. Urusan administrasi nanti. Tapi ini pengecualian loh, ya. Karena ada diksi "sekarat" disini.

      Nah, permasalahan yang ada sekarang, kita ubah dikit kasusnya. Misalnya pasiennya gawat, dan perlu dioperasi. Perlu tindakan. Yang harus dipikirkan kemudian adalah biaya yang akan timbul atas tindakan operasi tersebut. Biaya atas segala bahan yang digunakan untuk tindakan (misal: benang jahit, obat bius, dsb). Dan parahnya, ini pasien gak punya asuransi kesehatan yang bisa meng-cover biaya tersebut. Sedangkan pihak rumah sakit juga punya sistem manajemen. Jadi gimana?
      Idealnya, cuma ada dua pilihan disini. Yang pertama, tunggu administrasinya diselesaikan. Yang kedua, dokter menalangi dulu biaya operasi yang diperlukan.

      Bingung kan mau pilih yang mana? Iya kalau dokternya lagi punya rejeki buat nalangin. Kalau enggak? Ini dilemaaaa~~~

      Setahuku, masih belum ada peraturan tertulis tentang hal beginian. Dokter sering dikambinghitamkan. Padahal bukan maunya dokter yang kayak begitu. Bukan maunya pihak rumah sakit juga. Pun, apalagi. Bukan maunya pasien juga.

      Lah ini piye toh jadinya? Udah aku bilang kalau bahas bioetik bakalan pusing. Malah ditanyain pula. Tuh kan bikin pusing. Dasar Bang Haw, Bang Haw... -____-

      Hapus
    2. Aku kan juga pusing sejak lama. semenjak kenal sinetron. apa nggak usah nonton sinetron lagi aja, ya~ tapi sayang udah sejauh ini. xD

      kalo ada scene di rumah sakit lagi, penyakit dan kecelakaannya aja yang mesti disebelin.

      Hapus
    3. Kamu sih enak, udah pusing sejak lama.

      Aku pusingnya baru-baru ini. Semenjak kenal sama kamu. Apa enggak usah kenal aja kali,ya~ gak sayang juga sih. xD

      Nonton sinetron paan sih, bang? Segitunya amat. Ada hubungannya sama serigala, macan, harimau, naga, dan sebagainya gitu? :p

      Hapus
    4. Y. RT@daraagusti: Aku pusingnya baru-baru ini. Semenjak kenal sama kamu. Apa enggak usah kenal aja kali,ya~ gak sayang juga sih. xD


      Nggak ada binatang-binatang atau buburnya. :p udah tamat juga sih. tapi ada yang serupa~

      Hapus
    5. Z. -_- RT @HowHaw Y. RT@daraagusti: Aku pusingnya baru-baru ini. Semenjak kenal sama kamu. Apa enggak usah kenal aja kali,ya~ gak sayang juga sih. xD

      Susah deh yang anak sinetron. Sinetronnya udah tamat, eh muncul lagi yang serupa.

      Hapus
  10. Dipukul apa diteken pake dua tangan?
    Yang aku tau mah diteken pake dua tangan. Tapi gatau.
    Yang bener yang mana bu dokter? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau yang aku bahas disini yang dipukul, bang.
      Coba deh genggamin kedua tangan kamu. Trus pukulin. Nah, gitu.

      Kalau ditekan, itu untuk resusitasi.
      Nggg, apa ya ini bahasanya yang bisa dimengerti... Pokoknya gitu lah. Yang ntar ada ngasi napas buatan gitu. Nah, itu pake "ditekan", bukan "dipukul".

      Jangan dipanggil bu dokter dulu, ah. Belum jadi dokter. Belum ibu-ibu juga :D

      Hapus
    2. oh, jadi ada dua cara ya, ra ?
      aku cuma tau yang itu -_-

      aminin aja aminin, nanti juga jadi ibu-ibu haha :v

      Hapus
    3. Ada banyak, mungkin. Sejauh ini yang aku pelajari baru dua itu, bang.

      Aamiin :)

      Hapus
  11. Gak paham dunia kedokteran, soal umur rahasia Allah dan tindakan pukulan seorang dokter pastinya upaya peyelamatan. Alhamdulillah dapat mampir ke blognya seorang calon dokter, jadi menambah wawasan hehe..
    Salam!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, senang juga bisa berbagi wawasan :)
      Salam!

      Hapus
  12. gak papa atuh mbak, kuliah hari minggu. Biar cepet selesainya, hehe bener apa kata bapaknya mbak.

    meman iya sih mbak, setiap tindakan hrus dilihat dri berbagai sisi pandangan.
    walaupun kadang jdi ngerasa serba salah juga

    BalasHapus
  13. Kalo udah perang sama malaikat Izrail, gue takut. :(((

    Udah bingung mau komen apa, ngeri bacanya bahas jantung.

    Jantung hatiku itu lagu Lyla kan, ya?
    Maaf nggak nyambung. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Yoga penakut rupanya.

      Aku juga sering bingung dan ngeri kalo ngebaca tentang manajemen...

      Iya, jantung hatiku itu lagu Lyla. Tapi, jantung hati itu sebenarnya apaan sih? Jantung apa hati? Kok gak konsisten gitu ya judul lagunya...

      Hapus
  14. Hari minggu itu memang harus tetap kuliah mbak dara, biar cepat selesai dan cepat wisuda :D

    BalasHapus